Sunday, December 15, 2013

Teknik Vibrato pada Harmonika Diatonik

Ah, akhirnya satu hutang sudah bisa saya lunasi!

Sudah lama saya hendak membuat video tutorial tentang salah satu teknik bermain harmonika diatonik yang ditanyakan oleh beberapa teman, baik di grup FB maupun di blog ini.

Teknik tersebut adalah teknik Vibrato. Teknik Vibrato pada harmonika diatonik pada intinya akan menghasilkan perubahan pada suara yang dihasilkan. Perubahan yang terjadi adalah perubahan tinggi rendah nada atau pitch nada secara berulang-ulang. Perubahan itu sebenanya tak perlu terlalu besar, namun cukup dapat memberikan warna pada permainan harmonika kita.

Sejauh yang saya tahu, ada dua macam teknik dasar vibrato, yaitu vibrato yang menggunakan lidah (Tongue Vibrato) dan tenggorokan (Throat Vibrato). Biasanya vibrato digunakan pada akhir suatu baris lagu, dan karena berfungsi sebagai pemanis, vibrato justru tidak disarankan untuk dilakukan di sepanjang baris atau bahkan lagu....:)

Hmmm...tanpa perlu berpanjang-panjang, lebih baik saksikan video singkat berikut ini. Keraskan sedikit volume speaker Anda, karena (mohon maaf) audionya mungkin agak kurang keras. Mohon maaf pula bila masih terdapat kekurangan di sana-sini. Saya hanya sekedar ingin berbagi, dan semoga teman-teman semua dapat merasakan manfaatnya.

O, ya, pada video ini saya menggunakan harmonika kunci A, sehingga, saat saya memainkan 2nd Position, maka nada dasarnya adalah do= E.

Selamat menyaksikan!



Monday, November 25, 2013

Duta Besar Harmonika Indonesia

Sobat kita, Reyharp, kembali membuat gebrakan!

Beberapa minggu yang lalu (akhir Oktober sampai awal November 2013) Rey mengikuti festival harmonika bergengsi, yaitu World Harmonica Festival 2013
Yup! Festival keren ini diadakan di kota tempat lahirnya harmonika merk Hohner, yaitu di Trossingen. Reyharp, yang adalah juga seorang endorsee Hohner, adalah satu-satunya peserta dari Indonesia yang mengikuti festival ini.

Meskipun dia berangkat secara perseorangan, dan tidak mewakili suatu asosiasi tertentu, namun kalau boleh saya bilang, Reyharp adalah seorang Duta Besar Harmonika dari Indonesia, di kancah internasional!

Hasilnyapun luar biasa. Reyharp menempati posisi ke 6 pada kategori Solo Diatonic Blues/Rock/Folk/Country. Bayangkan, satu-satunya wakil dari Indonesia, masih sangat muda, tapi bisa menunjukkan taringnya di festival kelas dunia. Kalaupun posisinya masih di luar 5 besar, tak berarti kehadirannya pantas diabaikan!

Sekali lagi Reyharp membuktikan bahwa masih ada anak muda Indonesia yang bisa dan berani berkarya sampai ke dunia internasional. Satu hal yang patut dipertimbangkan, sepertinya para pencinta harmonika di Indonesia perlu memikirkan untuk membuat satu wadah resmi yang dapat menjadi wahana bagi anggotanya, bila ingin mengikuti festival-festival semacam ini. Paling tidak, bila ada organisasinya, Indonesia mulai akan dipandang oleh negara-negara lain, khususnya dalam dunia per-harmonika-an....ehehehe...

Well, saya ikut merasa bangga akan hasil yang boleh diraih Reyharp. Semoga ke depan, Reyharp dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia punya pemain-pemain harmonika berbakat yang tidak kalah gaharnya dengan harpist luar negeri.

Semoga juga semangat Rey menular pada anak-anak Indonesia yang lain, supaya virus sedot sebul makin tersebar.

Semangat Rey!!!!!!

Sunday, October 27, 2013

Bengawan Solo CongHar

CongHar?

Hahahaha....ya,  CongHar itu Keroncong Harmonika....maksud saya adalah, memainkan lagu yang bernuansa Keroncong dengan menggunakan harmonika.

Saya iseng-iseng mencoba untuk memainkan lagu Bengawan Solo, yang notabene adalah sebuah lagu Keroncong ciptaan pak Gesang, dengan memakai harmonika diatonik saya, yaitu Suzuki Harpmaster.

Yah, mungkin kedengarannya kurang lazim, tapi tak apalah...namanya juga berusaha mengeksplorasi....Paling tidak, saya membuktikan bahwa lagu-lagu Indonesia bisa juga dibawakan dengan menggunakan harmonika.

Dalam video ini, backing track yang saya gunakan saya buat dengan bantuan gitar tua saya, yaitu Yamaha CG-50 dan sebuah Handycam sederhana. Tinggal cari tempat yang aman (aman dari omelan orang-orang rumah, maksudnya...hehehe...) dan sedot sebulpun bisa dimulai!

Silakan dinikmati, dan mohon maaf bila banyak terdengar salah di sana-sini...

SalamSedotSebul!

Monday, October 21, 2013

Kompor Meledug dan Harmonika!

Wanita dan harmonika = SEKSI!

Ya, demikian kata sang pembawa acara The Voice Indonesa, saat salah seorang kontestan membawakan lagu milik alm. Benyamin Sueb, yang berjudul "Kompor Meleduk" dengan gaya Blues yang sangat kental.
Yang bikin jadi lebih heboh adalah karena sang kontestan, yang kebetulan seorang "Blues Lady" manis, memainkan harmonika di beberapa bagian lagu. Sontak nuansa Blues menjadi tak tertahankan!

Sang kontestan yang saya maksud adalah mbak Dita Saferina, salah seorang rekan di grup FB Pencinta Harmonika, dan adalah seorang penyanyi yang sangat dekat dengan Blues Music. Mbak Dita yang multitalented ini membawakan lagu "Kompor Meleduk" dengan sangat energik dan luwes. Seorang wanita, yang bersuara bagus, bisa memainkan gitar, dan yang paling parah, bisa memainkan harmonika! Kurang apa lagi coba? Kombinasi maut yang sangat sukar dihindari...ahhahaha....
Lihat saja video berikut ini :




Mbak Dita, saat saya tanya, mengaku cenderung suka memainkan harmonika diatonik keluaran Lee Oskar (Tombo). Memang betul, terlihat sekilas penampakan harmonika Lee Oskar milik mbak Dita, dengan tulisan kunci nada dasar pada bagian sampingnya.

Yah, meskipun mungkin mbak Dita belum berhasil memenangkan lomba tersebut, tetapi tetap saja, mbak Dita dengan musik Blues-nya tak bisa dilihat sebelah mata. Bisa jadi karena belum banyak orang Indonesia yang mengenal musik Blues. Tapi bagi saya, mbak Dita adalah salah satu orang yang berhasil mencuri perhatian banyak orang dengan musik Bluesnya, dan (tentu saja) : harmonikanya! Saya berharap mbak Dita tetap jaya dalam bermusik, dan kiranya dapat menjadi salah satu agen penular virus sedot sebul di Indonesia.

Ngomong-ngomong, saya sih setuju dengan rumus ini :  Wanita  + Harmonika = Seksi.

Lha tapi kalau Pria + Harmonika, jadinya apa ya? Hahahahhahahahhaha..............

SalamSedotSebul!


*Sukses selalu buat mbak Dita. Terus bermusik dan (semoga) terus menyedot dan menyebul wafer diatoniknya......!!!


Monday, October 7, 2013

Jangan takut belajar harmonika!

Apakah Anda sedang mengalami stres karena menemui banyak kesulitan dalam belajar memainkan harmonika? Frustrasi karena tak kunjung menguasai teknik-teknik yang sudah diidam-idamkan sejak lama?
Anda tak sendirian. Ada banyak orang yang mengalami hal yang sama.
Tapi jangan kuatir, sulit bukan berarti tak mungkin. Bukan juga berarti Anda sudah tervonis tidak bisa memainkan harmonika.

Ada salah seorang rekan di grup PH yang mungkin dapat memberikan inspirasi bagi Anda semua. Beliau membuat sebuah video singkat yang judulnya saja sudah dapat mewakili perasaan sang pembuat video : "Belajar Harmonika Diatonic Susaaah!"

Tapi tunggu dulu, walaupun dia mengaku mengalami kesulitan dalam memainkan harmonika diatonik, pada bagian berikutnya Anda dapat melihat bagaimana dia beralih ke harmonika tremolo dan memainkan sebuah lagu yang tak asing lagi. Ya! Soundtrack film "Titanic" dia bawakan dengan penuh penghayatan, dan tak nampak sedikitpun kesulitan yang dia alami. Terlihat dia begitu menikmati setiap nada yang keluar dari harmonikanya.

Mungkin memang dia sedang "apes" karena merk harmonika diatonik yang dia gunakan adalah ANGEL! Hahaha...seperti yang sudah sering saya bahas, harmonika merk ANGEL bukanlah merk yang direkomendasikan bagi pemula saat belajar harmonika diatonik. Beliau juga membuktikan betapa nada-nada yang dihasilkan oleh harmonika ANGEL benar-benar tidak pas!

Nah, maksud saya adalah, ketika Anda frustrasi karena kerap menemui kesulitan saat belajar harmonika, cobalah untuk tenang, rileks dan enjoy! Nikmati saja prosesnya. Tumbuhkan rasa percaya diri Anda dengan mengatakan : "Ya...mungkin saat ini saya belum bisa. Tetapi suatu saat saya pasti bisa!!!"

Masbro yang muncul dalam video ini benar-benar memberi contoh nyata bagaimana dia bisa menikmati proses belajar harmonika. Bahkan kalau boleh saya bilang, masbro yang satu ini sangat percaya diri, sampai-sampai gayanyapun meyakinkan. Sentuhan humornya yang menggelitik sungguh membuat saya tertawa. Bukan karena kesulitan yang dia hadapi, tapi karena sikap dan cara pandangnya yang sungguh positif.

Jadi saya sarankan Anda untuk tetap santai dan menikmati setiap langkah belajar yang musti ditempuh. Saya yakin tahap demi tahap akan dapat Anda lalui. Nah, sekarang teruslah belajar dan jangan menyerah.

Salam Sedot Sebul!





*Terima kasih kepada masbro Pujakesuma yang telah membuat video tersebut dan memberikan inspirasi bagi saya. Saya percaya kemampuannya akan berkembang seiring waktu berjalan!

Wednesday, September 25, 2013

Reyharp & Rega Dauna : The Rising Stars

Siapa bilang Indonesia tak memiliki pemain harmonika yang mumpuni? Kalau tak banyak orang yang tahu, itu mungkin karena kurangnya publikasi. Tapi sebenarnya para pemain harmonika di Indonesiapun sudah terdengar gaungnya sampai ke luar negeri. Tak hanya pemain-pemain senior, seperti wak Hari Pochang, om Krisnablues, mas Oyo, om Benny Likumahuwa, om Iman Budi Santoso, dan yang lainnya. Tapi juga anak-anak muda yang mulai menampakkan tajinya dalam hal bermain harmonika.

Belakangan ada dua orang anak muda, sangat muda malahan, yang bintangnya mulai bersinar. Kebetulan mereka berdua adalah sahabat karib, dan sama-sama bergabung di grup FB Pencinta Harmonika. Mereka berdua punya kesamaan : belajar harmonika dari usia yang sangat muda, dan besar dalam keluarga pemusik. Uniknya meski sama-sama memilih harmonika sebagai instrumen utama mereka, masing-masing memutuskan untuk berbeda. Yang satu memainkan harmonika diatonik, sedangkan yang lain memilih untuk memainkan harmonika kromatik.

Mari kita berkenalan dengan dua orang anak muda yang luar biasa ini.

Reyharp

Reyharp besar di keluarga yang tak bisa jauh dari musik. Pamannya, adalah seorang pemain harmonik Blues terkenal dari Bandung, yaitu wak Hari Pochang. Tak heran bila Reyharp terkena "racun" diatonik dari pamannya itu. Reyharp rupanya sangat menyerap "racun" itu sehingga membuat dirinya mahir bermain harmonika diatonik...hahahaha....Kepiawaiannya memainkan harmonika diatonik membawanya melesat ke level internasional. Pada tahun 2012, hasilnya mulai nampak nyata. Reyharp mengikuti kejuaraan Asia Pacific Harmonica Festival di Kuala Lumpur, Malaysia, dan berhasil menyabet juara 1! Tambahan lagi, karena Reyharp lebih sering menggunakan harmonika diatonik merk Hohner, maka Hohnerpun menjadikannya salah satu endorsee bagi produk-produk mereka. Luar biasa bukan? Namanyapun masuk dalam daftar pemain harmonika kelas dunia, dan dapat dilihat di sini.
Reyharp terkenal dengan permainannya yang cepat dan ditaburi dengan teknik overblow dan overdraw yang sangat "ngeri". Buat dia, tak masalah bila harus memainkan beberapa lagu dengan nada dasar yang berbeda, dengan hanya 1 harmoika diatonik. Bayangkan, di usia muda, Reyharp sudah menguasai teknik overbend dengan sangat luwes. Berikut salah satu video yang menampilkan permainan maut Reyharp :


Rega Dauna

Rega Dauna juga lahir dan besar di keluarga yang "full music". Ayahnya, Glen Dauna, adalah seorang musisi jazz kenamaan negeri ini. Kakaknya juga adalah seorang pemain terompet berpengalaman. Sedangkan Rega memilih untuk memainkan harmonika kromatik. Anak muda yang energik dan ramah ini makin lama makin menunjukkan kematangannya dalam memainkan harmonika kromatik. Sejauh yang saya tahu, merk Suzuki adalah merk favoritnya, sehingga kadang terjadi sebuah adegan "cela-celaan" bila Rega dan Reyharp bertemu. Yang satu adalah endorsee Hohner, yang lain adalah pengikut setia Suzuki. Hahahahah....
O ya, pada Asia Pacific Harmonica Festival tahun 2012 yang lalu, Rega juga ikut di kategori harmonika kromatik, namun sayang belum berhasil mendapatkan juara. Meskipun menurut saya, bisa ikut di festival tersebut adalah hal yang luar biasa :)
Bersama dengan ayahnya, Rega kerap tampil memberikan sentuhan-sentuhan melodi dengan harmonika kromatiknya. Rega juga kerap terlibat dalam kolaborasi dengan banyak musisi. Salah satunya nampak pada video berikut, yang menampilkan salah satu lagu dalam album "Di Atas Rata-rata", produksi Erwin Gutawa dan Gita Gutawa.


Rega  sering tampil di Java Jazz Festival, dan juga tampil rutin di beberapa tempat di Jakarta, seperti kafe ataupun mal. Kalau tidak salah, Rega punya jadwal tetap tampil di mal Pondok Indah 1, setiap akhir pekan. Bagi Anda yang tinggal di Jakarta, sekali-sekali saksikanlah penampilan Rega di mal tersebut, dan bila Anda sedang beruntung, Anda bisa menyaksikan 2 sahabat, Rega & Reyharp, tampil bersama.

Saya beruntung dapat berteman dengan 2 orang sahabat muda ini. Selain karena mereka tak segan membagi ilmu, tingkah lakunya yang polos dan kocak, khas anak muda, sungguh membuat saya betah ngobrol
bersama mereka. Saya berharap Rega dan Reyharp dapat menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesiapun memiliki anak-anak muda berbakat musik, khususnya harmonika, yang layak diperhitungkan. Semoga duet maut R2 (begitulah panggilan akrab buat mereka di grup Pencinta Harmonika) makin "maut" lagi di masa depan....hehehehe...

Go forward, the Harmonica-Rising Stars of Indonesia!


Harmonika Diatonik & Gitar = Duet Maut?

Harmonika diatonik itu buat kebanyakan orang hanya dianggap sebagai sebuah pelengkap. Bahkan ada juga yang menganggap harmonika hanyalah sebuah "mainan". Tapi saya berani bilang, itu semua salah!

Harmonika diatonik, bisa menjadi sebuah instrumen musik yang luar biasa hebat dalam memberikan aksen dan nuansa melodi unik. Bahkan ketika "hanya" ditemani satu alat musik saja, harmonika sudah bisa membuat orang tersihir. Apalagi bila sang pemain harmonika bisa menyanyi dengan baik dan memiliki suara yang khas pula.

Video berikut adalah sebuah contohnya. Grup musik MuddyShoesBlues hanya berisikan 2 personil. Satu orang sebagai gitaris, yang lainnya sebagai pemain harmonika diatonik sekaligus vokalis. Namun permainan mereka sungguh luar biasa. Terlihat betapa nuansa musik Blues sangat kental, ditambah lagi suara sang vokalis yang serak-serak basah. Tapi yang membuat saya tersihir adalah permainan harmonika diatoniknya. Lolongan harmonika yang dimainkan sungguh membuat bergetar hati ini (...agak sedikit lebay, ya...? wkwkwkw..). Coba bayangkan bila instrumen musik yang digunakan hanya gitar saja. Pasti akan terdengar "kering". Namun begitu ada lolongan harmonika diatonik, maka lagu "Key to the Highway"-nya Little Walter  ini menjadi sangat ciamik!



Harmonika diatonik memang sangat pas bila ditemani oleh gitar, apalagi untuk memainkan lagu-lagu bernuansa Blues. Tanpa adanya tambahan instrumen lain pun rasanya sudah cukup. Nah, jadi bila Anda memiliki teman yang bisa bermain gitar, tak ada salahnya untuk mengajak dia duet. Mainkan saja chord I, IV dan V, lalu tiup sedotlah harmonika Anda...bila "soul"nya dapat, saya yakin permainan Anda berdua tak kalah bagusnya dari Duet Maut yang ada di video ini. Tak percaya? Coba saja! 

Thursday, September 12, 2013

Hohner Bluesband : Amazing Grace cover

Bluesband, seperti yang sudah pernah saya tulis dalam artikel saya sebelumnya, memang dapat dianggap sebagai tipe harmonika entry level dari Hohner. Namun tak berarti suaranya jelek. Saya mencoba membuktikannya sendiri saat saya memainkan sebuah lagu (covering) spiritual yang berjudul "Amazing Grace". Dengan menggunakan backing track hasil rekaman di sebuah piano elektrik, saya mencoba menggunakan Hohner Bluesband tersebut.

Rekamannya dapat didengarkan di sini.

Kalau Anda dengarkan secara teliti, terdengar bahwa beberapa kali ada suara "ngempos". Ya, itulah karakter Hohner Bluesband, yang  menurut saya itu disebabkan karena airtightness-nya  kurang. O ya, mohon maaf bila sempat terdengar ada suara klakson mobil. Maklum, saya tidak merekam permainan ini di studio musik, alias, banyak "suara-suara misteri" yang masuk di rekaman....hehehehe....

Silakan disimak...:)

Tuesday, September 10, 2013

Suzuki Harpmaster

Siapa yang pernah mengalami hal seperti ini : Anda ingin membeli harmonika diatonik yang bagus, tetapi uang yang Anda miliki kurang dari Rp. 260.000,00?

Hmmm...harmonika bagus, tapi terjangkau? Jangan khawatir! Suzuki memiliki satu produk yang bisa memberikan jawabnya. Produk tersebut adalah harmonika diatonik tipe Harpmaster (MR-200). Yup!
Harpmaster adalah sebuah harmonika diatonik keluaran Suzuki yang terjangkau harganya, namun masih memiliki kualitas yang yahud.

Beberapa tahun yang lalu, harmonika tipe ini tidak dijual bebas di Indonesia. Saya pernah harus membelinya dari luar negeri, melalui seorang teman di grup Pencinta Harmonika. Namun kabar baiknya, harmonika ini sudah dijual bebas di Indonesia. Seingat saya, pertama kali masuk Indonesia, Harpmaster dijual dengan harga Rp. 195.000,00. Sekarang, (kalau saya tak salah) harganya adalah sekitar Rp. 235.000,00.

Bila Anda adalah seorang pemula yang sedang belajar cara memainkan harmonika diatonik, dan terbiasa menggunakan harmonika seperti Suzuki EazyRider atau Suzuki Folkmaster, maka Anda akan segera mendapatkan kejutan saat memainkan Harpmaster ini. Kalau biasanya Anda musti bersusah payah melakukan teknik Bending dengan EZR ataupun Folkmaster, maka dengan Harpmaster, Bending bisa dilakukan dengan amat mudah dan halus. Ya, untuk teknik Draw Bend misalnya, Anda tak perlu menyedot kuat-kuat. Cukup posisikan lidah Anda dengan benar, sedot secara halus, dan Bendingpun sudah terjadi! Berdasarkan pengalaman saya, Harpmaster memiliki airtightness yang sangat baik, yang memungkinkan kita untuk dapat melakukan teknik Overbend, asal kita tahu caranya.

Harpmaster dikenal awet dan memiliki ketahanan yang kokoh. Bobotnya memang lebih berat bila dibanding EZR ataupun Folkmaster, namun inilah yang memberikan kesan mantap saat Anda memegangnya. Harpmaster juga memiliki warna comb yang khas, yaitu hijau tua, yang dipadu dengan reed plate berwarna kuning logam, dan cover plate dengan nuansa krom. Comb yang terbuat dari plastik dan dipasang dengan sistem baut, memungkinkan Anda untuk membersihkan bagian dalamnya dengan lebih mudah.  Harpmaster dijual lengkap dengan sebuah kotak plastik yang juga berwarna hijau tua.

Menurut saya pribadi, Suzuki Harpmaster memiliki karakter suara yang cenderung Jazzy, dan kurang garang bila digunakan untuk memainkan lagu-lagu bernuansa Blues. Tapi tergantung masing-masing pribadi yang memainkannya juga, sih...

Sebagai contoh, Anda dapat lihat pada video di bawah iniyang menunjukkan bahwa Suzuki Harpmaster, di tangan yang tepat, dapat menghasilkan suara yang ciamik dan membius. Klip tersebut dibuat oleh seorang pemain harmonika profesional dari Swedia,  bernama Filip Jers. Filip, yang sangat jago ini juga adalah seorang endorsee bagi harmonika buatan Suzuki. Perhatikan baik-baik, pada video terdengar suara hasil overblow dan overdraw bertaburan di sana sini. Bukti bahwa dengan Harpmasterpun kita bisa melakukannya juga. Silakan disimak, dan saya yakin Anda akan segera tergiur untuk membeli sebuah harmonika Suzuki Harpmaster! Selamat mencoba!



Salam Sedot Sebul!

Monday, August 19, 2013

Posisi Dalam Bermain Harmonika Diatonik : Crossharp/2nd Position

Blessing in Disguise…

Mungkin jargon tersebut cukup dapat mewakili munculnya sebuah terobosan baru dalam bermain harmonika diatonik. Seperti yang sudah pernah saya jelaskan, sebuah harmonika diatonik dibuat dengan susunan nada yang disebut : Richter Tuning, dimana ada beberapa nada yang dianggap “hilang”. Hilangnya beberapa nada ini sempat dianggap sebagai sebuah kecacatan.

Namun saat harmonika diatonik diboyong dari Eropa ke Amerika Serikat, dan segera menjadi salah satu alat musik yang popular di kalangan orang kulit hitam, muncullah sebuah fenomena ajaib. Asal tahu saja, orang-orang kulit hitam Amerika pada awal abad ke 20 adalah kalangan yang dianggap rendah, terpinggirkan dan lekat dengan cap Budak. Musik Bluespun sebenarnya muncul dari kalangan ini. Blues kebanyakan bercerita tentang ratapan, kesedihan, pergumulan namun juga pengharapan akan hidup yang lebih baik, di tengah-tengah realita kondisi kehidupan mereka sebagai budak dan kaum marjinal.

Nah, alih-alih menggunakan cara bermain (posisi bermain) yang dominan dengan nada Tiup, orang kulit hitam Amerika menggunakan posisi bermain yang dominan dengan nada Sedot.Root Note atau nada dasarnya dimulai dari lubang ke 2 sedot. Kebetulan juga susunan nadanya sangat pas dengan tangga nada Blues, yaitu adanya nada 7th flat, atau dalam solmisasi disebut “Sa” (Nada Si, turun ½).

Posisi ini disebut 2nd Position, atau juga lazim disebut dengan Crossharp position. Bila kita menggunakan harmonika diatonik kunci C, makan dengan posisi Crossharp, artinya kita bermain dalam kunci G. Untuk mudahnya, bila Anda  mencari kunci pada posisi kedua, cukup tambahkan kunci yang tertulis pada harmonika Anda, dengan 4 nada berikutnya (mengikuti aturan tangga nada mayor). Misalnya, Anda akan menggunakan  posisi Crossharp dengan harmonika kunci D, maka artinya Anda akan bermain dalam nada dasar  D ditambah 4 nada berikutnya : E = F# - G = A .Ya! Berarti nada dasarnya adalah A
Jangan lupa, tanda “=” menunjukkan interval 1 nada, sedangkan “-“ artinya interval ½ nada (interval pada tangga nada mayor). 

Perlu saya tekankan, posisi ini memang paling cocok untuk memainkan lagu-lagu Blues. Nada-nada yang didapat melalui teknik Bending sangatlah menjadi ciri khas permainan Blues Harmonica.
Teknik inilah yang kemudian membuat harmonika diatonik memiliki keunikan tersendiri yang mampu membius banyak orang.  Apalagi jika digabungkan dengan teknik hand-cupping, maka sebuah harmonika diatonik dapat menghasilkan suara “melolong”, mirip lolongan serigala yang mampu membuat kecut hati (atau malah jadi galau?!?!).

Susunan tangga nada Blues yang dapat diperoleh dengan menggunakan posisi Crossharp adalah sebagai berikut :

Sementara itu silakan menyimak video tutorial yang sudah saya buat, untuk sekedar menjadi tambahan penjelasan. Namun mohon maaf sekali lagi bila volumenya terlampau kecil. Semoga berguna, ya...

 Salam Sedot Sebul!

Friday, August 9, 2013

Posisi dalam Bermain Harmonika Diatonik: 1st Position

Menakjubkan!

Mungkin itu yang bisa mewakili perasaan saya ketika pertama kali berkenalan dengan harmonika diatonik. Bagaimana tidak, setelah membaca berbagai artikel, dan melihat video di sana-sini, saya tercengang mengetahui fakta bahwa alat musik sekecil itu bisa memainkan berbagai macam kunci/nada dasar. Padahal sebelumnya, saya berpikir, sebuah harmonika diatonik hanya bisa memainkan satu nada dasar saja, yaitu nada dasar yang tertulis di badannya. Fiiuuhhh....bahkan dengan teknik bermain tingkat dewa yang sering disebut teknik Overbend, kita bisa memainkan lagu dengan SEMUA nada dasar, termasuk nada dasar kromatik!

Yah, rahasianya terletak pada hal yang kita sebut dengan Posisi Bermain. Mirip dengan piano, kitapun sebenarnya bisa memainkan sebuah lagu dalam beberapa nada dasar, dengan cara mengubah posisi bermain kita. Posisi yang dimaksud di sini adalah posisi atau letak nada dasar/nada akar (rootnote) kaitannya dengan lubang-lubang pada harmonika, dan cara membunyikannya (sedot/tiup). Ada beberapa posisi bermain harmonika diatonik, namun kali ini saya ingin membagikan sekilas mengenai posisi pertama, atau yang dalam bahasa Inggris disebut 1st Position, atau juga Straight Harp.

Dengan menggunakan posisi pertama ini, berarti kita bermain dalam nada dasar seperti yang tertulis pada badan harmonika diatonik yang kita pakai. Misalkan, pada sebuah harmonika diatonik, ada tertulis kunci C. Bila kita menggunakan posisi pertama, berarti kita bermain dalam nada dasar do=C. Rootnote atau nada dasarnya terletak di lubang 1 tiup, lubang 4 tiup, lubang 7 tiup dan lubang 10 tiup. Ada 3 oktaf yang dapat kita mainkan, yaitu oktaf bawah, oktaf tengah dan oktaf atas. Namun hanya pada oktaf tengahlah, dapat kita temui nada-nada diatonis lengkap yang terangkai dalam tangga nada Mayor. Istilah gampangnya : SOLMISASInya lengkap, yaitu: do-re-mi-fa-so-la-si-do.

Pada oktaf bawah dan oktaf atas, akan ditemui fakta bahwa kita "kehilangan" beberapa nada. Misalkan, pada oktaf bawah,  kita kehilangan nada "fa" dan nada "la". Begitu juga pada oktaf atas, nada yang hilang adalah "si". Sebagai informasi, nada-nada yang "hilang" tadi dapat diperoleh dengan menggunakan teknik Bending, baik Bending Sedot (drawbend) maupun Bending Tiup (blowbend). Namun untuk pemula, saya rasa menggunakan oktaf tengah saja sudah cukup, mengingat semua nada diatonis tersedia di sana.

Diagram sederhana dari susunan nada dengan menggunakan posisi pertama adalah sebagai berikut:

Sementara, saya juga telah membuat sebuah video tutorial (amatir) mengenai posisi pertama ini. Video ini saya unggah sebagai sebuah alat bantu yang diharapkan dapat memberi pemahaman yang lebih baik, karena ada dimensi audio visualnya.

Semoga membantu ya...tapi mohon maaf, bila kualitas videonya kurang baik. Maklum, saya hanya menggunakan sebuah handycam sederhana. Untuk posisi yang lain, tunggu saja tulisan saya berikutnya.



SalamSedotSebul!

Wednesday, July 24, 2013

Mein Name ist Jens Bunge!

Bagi para pemain harmonika, siapa yang tak kenal dengan nama Hohner? Yap! Hohner adalah produsen harmonika kelas dunia dari Jerman, dengan kualitas produknya yang tak diragukan lagi.

Telah banyak pula pemain harmonika, baik diatonik maupun kromatik yang menjadi endorsee Hohner. 

Salah satunya adalah Jens Bunge. Pemain harmonika kromatik top asal Jerman ini juga adalah salah satu endorsee Hohner. Bulan Juli ini, di tengah-tengah jadwalnya yang padat, Jens menyempatkan diri untuk mampir ke Indonesia, atas undangan salah seorang teman di grup Pencinta Harmonika.

Jens bersama Glen Dauna, Oele Pattiselano, Jeffrey Tahalele & Cendi Luntungan
Kunjungan ini adalah kunjungan pertama Jens ke Indonesia, namun sayangnya hanya berlangsung selama 3 hari, karena Jens juga harus segera bertolak ke Korea untuk menjadi juri salah satu festival harmonika di sana.

Di Jakarta, Jens Bunge diundang untuk tampil bersama beberapa pemusik Jazz terkenal Indonesia, antara lain : Glen Dauna, Oele Pattiselano, Jeffrey Tahalele, Cendi Luntungan dan Indra Dauna. Tak ketinggalan pula dua bintang baru harmonika Indonesia, yaitu Rega Dauna dan Reyharp. Saya beruntung dapat menonton penampilan mereka, yang diadakan di salah satu kafe di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara. 

Keesokan harinya, setelah tampil, saya diminta tolong untuk menemani Jens melihat-lihat Jakarta (lebih tepatnya, dikerjain sama teman-teman Pencinta Harmonika, karena saya ini bukan tour guide dan bahasa Inggris saya amburadul!).

(ki-ka) : Reyharp, saya  & Rega
Sayang, karena pada hari itu macetnya parah, kami hanya sempat mengunjungi Monumen Nasional. Tapi Jens terlihat antusias melihat satu per satu diorama yang terdapat pada museum Monas di lantai dasar. Selepas dari Monas, kami pun mengajak Jens untuk menikmati makan siang. Menu yang dipilih oleh Jens adalah Sate dan Gado-gado! Diapun terlihat lahap menyantap makanannya. Yang lebih mengherankan, ternyata Jens dapat mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia! Sering tampil di Asia, khususnya Singapura dan Malaysia, rupanya membuat Jens cukup fasih menyebutkan beberapa kata dalam bahasa Melayu, yang memang tak jauh beda dengan bahasa Indonesia.  "Terima kasih", begitu kata dia....Bahkan saat di Monas, Jens hendak ke toilet dan dia bertanya pada saya : "Di mana tandas (WC)?" Hahaha.....!

Jens Leaning on Monas...LoL
Sebagai seorang pemain harmonika kromatik kelas dunia, Jens Bunge sangatlah rendah hati dan sederhana. Tapi begitu melihat permainannya, sekejap dapat Anda lihat bahwa tingkat permainannya sangatlah luar biasa. Jens bercerita bahwa dulu dia terinspirasi oleh Stevie Wonder. Dia juga belajar kepada Toots Thielemans yang tersohor itu.

Dalam kesempatan kali ini, Jens juga memberikan apresiasi dan dorongan kepada para pemain harmonika di Indonesia, untuk lebih dapat sering bertemu, membuat forum, workshop, bahkan juga mengadakan festival harmonika. Sungguh suatu hal yang patut diwujudkan!


Berikut cuplikan penampilan Jens, dan juga sedikit dokumentasi saat dia berkunjung di Jakarta.


Ya, sungguh menyenangkan dapat bertemu Jens Bunge, walaupun cuma sebentar. Semoga tahun depan kami bisa bertemu kembali. Terima kasih kepada Jens Bunge yang telah menyempatkan waktu untuk mampir ke Indonesia!


SalamSedotSebul!

Saturday, July 20, 2013

Reed Gapping

Pernah mengalami hal seperti berikut ini?

Anda membeli sebuah harmonika, lalu mencoba memainkannya, tetapi pada beberapa lubang, nampaknya Anda mengalami kesulitan untuk membunyikannya? Seperti tertahan, tercekik, atau bahkan terasa berat? Padahal menurut Anda, teknik yang digunakan sudah benar...

Tenang!...Hal seperti ini jamak dialami. Terutama ketika kita membeli harmonika diatonik yang murah, katakanlah seharga kurang dari Rp. 100.000,00. Tapi jangan salah, dengan harmonika yang lebih mahal, Anda juga bisa mengalami hal yang sama. Jangan kuatir, tak usah terburu-buru memvonis bahwa harmonika yang Anda beli itu cacat! Biasanya, masalah seperti itu dapat diatasi dengan satu cara mudah, yang kerap disebut dengan teknik "Reed Gapping". Bagi pemain harmonika, sangat disarankan untuk dapat menguasai teknik ini.

Reed Gapping artinya melakukan penyesuaian jarak kerenggangan (gap) antara Reed dengan Reed Slot. Kesulitan dalam menghasilkan suatu nada pada lubang tertentu, kemungkinan karena kerenggangan reed yang dimaksud itu masih terlalu sempit. Hasilnya tentu saja, reed akan susah bergetar, dan sulit menghasilkan bunyi.

Teknik Reed Gapping sebenarnya gampang. Anda hanya perlu menambah sedikit saja jarak antara reed dengan slot nya. Alat yang dibutuhkan sangatlah sederhana : Struk ATM! Ya! Kertas yang keluar dari mesin ATM, setiap kali kita melakukan transaksi. Mengapa struk ATM? Coba Anda perhatikan, kertas ATM memiliki tingkat kelenturan yang cukup baik, tak mudah sobek, dan permukaannya cenderung licin. Karakter ini sangat memudahkan kita dalam melakukan Reed Gapping. Karena perubahan jarak kerenggangan yang akan kita raih tak terlalu besar, maka kita harus berhati-hati dalam melakukan teknik ini. Sampai-sampai ada yang menyebutnya seolah-olah kita me"massage" atau memijat Reed yang ada.

Nah, kertas ATM tadi sangat cocok untuk kita pakai. Kelenturannya yang bagus akan meminimalisir kemungkinan kita mematahkan Reed. Permukaannya yang licin juga akan membantu kita "memijat" secara halus dan merata. Cara melakukannya, dapat Anda lihat pada gambar di atas. Ingat, tak usah terlalu keras menekan kertasnya. Cukup selipkan kertas sampai ke pangkal Reed, lalu tarik perlahan sambil sedikit diangkat. Lakukan ini secara searah dan berulang-ulang. Berhati-hatilah supaya kerenggangan yang dihasilkan tak terlampau lebar, karena ini akan menyebabkan harmonika menjadi "ngempos".

Biasanya, bagi pemula, setelah membeli harmonika, lubang-lubang yang berpotensi mendatangkan masalah adalah lubang 2 dan 3. Namun tak tertutup kemungkinan ada lubang yang lain juga. Oleh karena itu, teknik ini layak dicoba. Untuk lebih lengkapnya, silakan simak video dari Adam Gussow berikut ini :

Baiklah, semoga tips ini berguna untuk Anda yang mengalami masalah seperti yang sudah saya sebutkan di awal. Ingat, sebisa mungkin latihlah kepekaan Anda dalam melakukan teknik ini, supaya dapat meraih jarak kerenggangan yang pas!
Selamat mencoba, dan berhati-hatilah!

Monday, July 15, 2013

The Master of The Folkmaster...

Judulnya bikin bingung ya?
Hehehe...sebenarnya saya sedang merujuk kepada salah seorang rekan di grup Pencinta Harmonika, yang beberapa kali mengunggah videonya saat dia memainkan lagu dengan menggunakan harmonika diatonik.

Dalam setiap video, dia selalu tampil dengan gaya yang khas : kacamata, baju hitam dan sambil merokok. Harmonikanya pun seringkali adalah sebuah Suzuki Folkmaster. Tapi jangan salah! Bahkan dengan Folkmaster, permainannya tak bisa dipandang sebelah mata...eh, atau didengar sebelah kuping....eh, ah, entahlah..maksud saya gitu deh....hahahahhaa...!

Salah satu videonya yang ciamik dapat Anda lihat di link iniSangar bukan?

Nah, sang pemain unik ini ternyata sedang mempersiapkan sebuah website pribadinya yang bertutur mengenai seluk beluk harmonika. Tautan website tersebut dapat Anda lihat di sini.

Melihat penampakan dan persiapannya, sepertinya website ini akan sangat menarik Tentunya akan juga menambah referensi blog mengenai harmonika, khususnya di Indonesia.. Moga-moga masbro sang ahli Folkmaster tersebut dapat segera meluncurkan webnya itu.

Jadi, kita tunggu saja, dan segera kunjungi web tersebut. Buat masbro sang ahli Folkmaster, semoga tetap jaya, sukses dengan web nya, dan kita tunggu unggahan-unggahan video yang lain!

Salam Sedot Sebul!

Monday, July 8, 2013

Watercolor Harmonica?

Saya ini dari dulu ingin bisa menggambar dengan bagus, tapi tak pernah bisa. Menggambar sih bisa, tetapi kok hasilnya begitu-begitu saja. Sampai suatu hari saya membaca blog salah seorang teman di grup Pencinta Harmonika, masbro Nugraha Pratama, yang kebetulan juga sangat jago menggambar, khususnya dengan menggunakan cat air. Blog masbro tersebut dapat dilihat di link : http://nugrahadrawing.blogspot.com/

Gambar-gambar yang doi buat sungguh mengesankan saya. Setelah beberapa kali mengunjungi blognya, kok saya jadi kepengen belajar menggambar lagi. Akhirnya suatu hari saya memantapkan hati untuk membeli beberapa peralatan gambar dan cat air. Saya ingin belajar menggambar seperti masbro Aga tersebut.

Sampai di rumah, saya bingung, obyek apa yang akan saya gambar? Lalu tiba-tiba terbersit ide, mengapa saya tak menggambar salah satu wafer diatonik saya saja? Alhasil saya langsung mengambil harmonika Harpmaster saya, dan menjadikannya obyek gambar saya. Dasar nggak bakat, yah, tetap saja susah menggambarnya! Hahahaha...

Saya mencoba mewarnainya dengan cat air, dan beginilah kira-kira hasilnya. Mohon maaf kalau terlihat sangat aneh dan tidak proporsional. Yah, iseng-iseng belajar menggambar, siapa tahu bisa seperti alm. Pak Tino Sidin yang tersohor jaman dulu itu...hahahah...! (wah, ketahuan angkatannya deh...wkwkwwk!)


Singkat kata, terima kasih buat bro Nugraha Pratama, yang jago menggambar (dan bermain harmonika), karena telah menularkan minat saya terhadap dunia corat-coret kertas....

Kapan-kapan mau deh, belajar menggambar sambil sedot sebul! Hahahhaha....

Sunday, July 7, 2013

Sedot sebul di mana saja!

Kata siapa musik dengan alunan harmonika hanya milik orang dewasa saja?

Anak-anakpun dapat menjadi penikmat sihir harmonika. Saya telah membuktikannya. Yah, paling tidak dalam beberapa kesempatan, saya mencoba untuk memainkan harmonika, diiringi beberapa teman saya yang memainkan gitar dan bas akustik. Ngamen di depan anak-anak gitu lah, kira-kira....:p

Ngamen? Oh, maaf ...ya..maksud saya, tampil di depan anak-anak. Kebetulan saya punya hobi lain, yaitu menampilkan panggung boneka bersama teman-teman saya. Sebagai pelengkap acara panggung boneka tersebut, kami juga menyertakan rangkaian kegiatan interaktif seperti permainan dan bernyanyi bersama. Nah, saat mengajak anak-anak bernyanyi bersama itulah, saya memainkan harmonika, dan terbukti suara unik instrumen ini dapat memancing keingintahuan anak-anak. Apalagi bila dilakukan di tengah-tengah ruang publik, seperti yang beberapa kali saya lakukan di mal.

Sekali musik mengalun dan harmonika saya sedot sebul, lolongannya yang diperkeras oleh speaker, segera membuat orang menoleh, dan ternyata sangat ampuh untuk menarik anak-anak datang ke depan panggung. O ya, Anda dapat melihat blog saya yang lain, tentang panggung boneka tersebut di : www.puppet-o.blogspot.com. Sekalian promosi nih, ceritanya...hehehehhe.... Siapa tahu ada yang berminat mengundang kami di acara untuk anak-anak.

Jadi, bila ada yang ingin melihat panggung boneka dan sekaligus mendengar alunan suara harmonika, jangan ragu hubungi saya!


Monday, June 17, 2013

Krisna Blues

Tak pelak lagi, belajar harmonika itu memang paling asyik kalau bisa bertemu dengan orang-orang yang sudah berpengalaman memainkan instrumen ini, apalagi jika pengalaman itu adalah pengalaman profesional yang artinya sudah "manggung" di mana-mana.

Saya beruntung dapat bertemu dengan satu lagi pemain harmonika diatonik top Indonesia. Setelah beberapa kali berinteraksi di dunia maya, satu waktu saya berkesempatan untuk menemuinya secara langsung. Beliau sudah sering tampil di mana-mana, dan bahkan rutin mengisi acara musik bertajuk "Blues Night TVRI" bersama mbak Indah Winar, tentunya di stasiun televisi tertua Indonesia : TVRI.

Beliau adalah om Krisna Waluyo, atau yang sering dikenal dengan nickname "Krisna Blues" atau "Krisna Harmonica". Dalam salah satu kesempatan, beberapa anggota grup Pencinta Harmonika sepakat untuk "nongkrong bareng" di taman Ayodya, Jakarta Selatan. Saat datang ke taman itu, saya kesulitan untuk menemukan beberapa teman yang sudah berjanji akan datang. Namun tak sengaja saya melihat seseorang yang wajahnya sudah familier. Orang itu tak lain adalah om Krisna sendiri. Duduk santai di salah satu bangku, dengan gayanya yang khas, yang kalau boleh saya sebutkan dalam istilah sekarang : "SELOW"..hahahaha....

Akhirnya setelah bertemu dengan beberapa teman, mulailah kami berdiskusi, sharing dan saling tanya jawab. Banyak hal yang kami dapatkan dari om Krisna ini. Bahkan beliau tak segan nge-jam dengan beberapa rekan, yang tak pelak membuat orang-orang disekitar kami terperangah, mendengar permainannya yang memang "ajib" itu...:)

Berikut salah satu cuplikan ketika om Krisna berduet dengan Andre, salah seorang rekan dari grup Pencinta Harmonika.

Satu hal yang saya dapat dari beliau adalah, dalam bermain harmonika, terutama diatonik, untuk memainkan lagu Blues, yang penting adalah "Soul" nya....Tanpa itu, permainan kita hanya akan terdengar biasa-biasa saja. Terlihat dengan jelas bagaimana beliau begitu menikmati permainan, walaupun sekedar jamming saja. Di video juga terlihat bagaimana ada sepasang muda-mudi di belakang mereka yang terpesona oleh duet jamming om Krisna dan Andre tersebut.

Intinya memang, jiwa permainan harmonika itulah yang membuat orang akan tersihir. Dan malam itu om Krisna benar-benar memberi bukti nyata pada saya! Kalau boleh jujur, inspirasi saya belajar harmonika, salah satunya datang dari om Krisna ini.

Salut buat om Krisna, terima kasih buat sharing dan masukannya, juga semoga sukses selalu dalam setiap penampilan om Krisna!

SalamSedotSebul!

Tuesday, June 11, 2013

Utak-atik Harmonika...

Sebagai seorang pemain harmonika, sepertinya lebih asyik bila kita memiliki pengalaman dalam melakukan beberapa perubahan terhadap harmonika kita. Istilahnya : Modifikasi!
Tak perlu yang rumit-rumit, kadang yang sederhana saja bisa menjadi satu pengalaman yang seru. Hanya butuh sedikit keberanian untuk berpikir kreatif, dan tak lama, hasilnya akan terwujud...

Kali ini saya ingin sedikit membagikan pengalaman saya dalam melakukan beberapa modifikasi terhadap harmonika diatonik milik saya. Kebetulan, modifikasi tersebut saya terapkan pada harmonika saya yang murah, supaya saya tak terlalu menyesal bila hasilnya tak sesuai harapan...hahahaha...

Modifikasi ini hanya sebatas komponen luar, tak termasuk modifikasi reed plate, reed ataupun comb, yang menurut saya sudah termasuk kategori modifikasi "berat". Maklum, masih ngeri melakukan yang begituan...wkwkwk..

Modifikasi pertama saya dilandasi oleh rasa kesal pada harmonika merk ANGEL yang saya beli dan ternyata fals itu! Saya sempat ingin membuangnya, tetapi terinspirasi oleh percobaan teman saya, maka saya berniat untuk menggunakan cover plate harmonika ANGEL itu untuk dipasang pada harmonika saya yang lain.
Setelah mencermati bentuk dan ukurannya, akhirnya saya mendapati bahwa ukuran cover plate harmonika ANGEL sangat pas untuk dipasang di Suzuki Easy Rider saya. Selain itu, menurut saya bahannya lebih tebal dan kokoh ketimbang yang dimiliki oleh EZR tersebut. Pada gambar terlihat, harmonika ANGEL yang asli berada di sebelah bawah, dan Suzuki EZR dengan cover plate ANGEL pada bagian atas. Sangat pas bukan?
Untuk contoh suaranya, dapat Anda lihat di rekaman yang saya buat saat saya terbangun di suatu pagi dan tiba-tiba merasa ingin memainkan harmonika saya. Jadi maaf kalau banyak "polusi suara" dan muka yang masih acak adut...hahahaha...

Berikutnya, juga masih terkait dengan harmonika diatonik Suzuki tipe EasyRider. Bila Anda tahu, bagian belakang harmonika ini memiliki lubang coverplate yang tak terlalu lebar. Nah, yang saya lakukan adalah memperlebar lubang ini supaya lebih "mangap". Asumsi saya, volume suara yang dihasilkan dapat menjadi lebih besar. Cara saya memperbesar lubang tersebut adalah dengan membengkokkan coverplate bagian belakang menggunakan tang jepit. Kebetulan bahan coverplate Suzuki EZR cukup lunak untuk dapat ditekuk. Namun saya musti berhati-hati supaya cover plate-nya tak patah.
Ingin tahu seperti apa suaranya? Silakan simak video berikut ini, asal jangan protes ya..hehehe..karena rekaman ini dibuat saat saya masih baru belajar harmonika, jadi masih banyak "ngarang"-nya :
Sekali lagi ini hanya sekedar contoh modifikasi ringan. Modifikasi yang lain tentunya dapat Anda lakukan sendiri sesuai dengan daya imajinasi Anda. Oleh karena itu, selamat mengutak-atik harmonika Anda!


Wednesday, May 15, 2013

The Fallen ANGEL...atau The Fals ANGEL?

Sobat harmonika, pada tulisan saya sebelumnya, telah dibahas sekilas mengenai harmonika diatonik merk ANGEL, terutama keluaran lama. Keluaran lama? Memang ada apa dengan keluaran baru?

Hmmm....
Sebenarnya topik ini sempat menghangat di grup Pencinta Harmonika. Inti permasalahannya adalah : banyak ditemukan kasus harmonika ANGEL yang dijual bebas itu FALS!

Tak hanya di Jakarta, di beberapa kotapun, ada anggota grup yang melaporkan hal yang sama. Penasaran dengan kasus tersebut, tahun 2012 lalu saya iseng melakukan sedikit investigasi. Saya membeli sebuah harmonika merk ANGEL, kunci E, di gerai MG Sports & Music toko buku Gramedia. Saat saya coba menggunakan alat pompa yang disediakan oleh pramuniaga, saya sudah bisa menangkap ketidakberesan yang terjadi : suaranya fals! Namun saya membulatkan hati untuk tetap membelinya.

Sampai di rumah, saya mencoba lagi, kali ini dengan mulut saya sendiri (maklum, kalau di toko, dilarang keras oleh pramuniaganya, untuk mencoba harmonika dengan mulut..hahahahahha....). Siapa tahu dengan posisi-posisi tertentu, fals nya itu hilang. Eh, ternyata memang ...harmonika merk ANGEL yang saya beli itu fals dan aneh!!!

Terdorong oleh rasa ingin tahu, saya segera membongkar harmonika tersebut. Saya lepas cover plate nya dan saya amati setiap reed. Alangkah terkejutnya saya ketika melihat kondisi beberapa reed. Ada reed yang panjangnya kurang, sehingga menimbulkan celah yang terlalu lebar dengan reed slot nya.

Ada juga yang tidak sejajar dengan reed slot, bahkan juga ada reed yang tidak rata/peyang di ujungnya. Beberapa reed nampaknya juga tak di-tune dengan baik. Terbukti dari bekas gerusan di ujung atau pangkal reed.
Silakan melihat beberapa gambar yang saya selipkan di tulisan ini, untuk melihat kondisi sebenarnya.





Saya juga sempat membandingkan harmonika ANGEL itu dengan harmonika ANGEL yang saya beli setahun sebelumnya. Ada beberapa perbedaan, misalnya, pada keluaran yang lebih baru, tak ditemukan lagi batang penopang cover plate. Suaranya pun jauh berbeda. Akurasi nada pada harmonika ANGEL saya yang lama masih terjaga. Sedangkan keluaran yang lebih baru, sudah jelas terdengar tak karuan. Silakan lihat pada video berikut ini.


Saya sendiri kurang tahu mengapa ini bisa terjadi. Kebetulan harmonika diatonik ANGEL yang beredar sekarang adalah buatan Cina. Mungkinkah ini menjadi satu penyebabnya? Entahlah...
Kenyataannya, teman-teman di grup Pencinta Harmonika pun melaporkan fenomena yang serupa, dan tak hanya di satu lokasi. Yang mengherankan, mengapa harmonika ANGEL masih dijual bebas dalam jumlah yang banyak? Sekali lagi, saya tak tahu....

Sebenarnya ini merupakan hal yang merugikan konsumen. Sayang juga, sebab produk ANGEL keluaran lama, justru lebih baik, terutama dalam hal akurasi nada, dan menurut saya untuk harmonika murah, tidak jelek-jelek amat. Seharusnya produsen ANGEL menarik semua produk diatonik mereka dan melakukan perbaikan menyeluruh.

Yah, semoga dengan tulisan ini, produsen harmonika diatonik merk ANGEL dapat segera mengambil tindakan, supaya masyarakat awam tak dirugikan lagi. Sampai sebelum ada perbaikan dari pihak produsen, saya tak menyarankan Anda untuk membeli harmonika merk ini. Tetapi kalau memang Anda tidak percaya dengan tulisan ini, saya sarankan, sebelum Anda membawa pulang harmonika merk ini (bila tetap ingin membeli), cobalah dahulu dengarkan akurasi nadanya.

Semoga berguna!

The ANGEL harmonica...

ANGEL...

Sebuah merk harmonika diatonik yang (saya yakin) mudah ditemui di gerai-gerai MG Sports & Music dalam toko buku Gramedia yang terkenal itu.

Yak! Saya mengaku bahwa saya memiliki (paling tidak) satu harmonika diatonik merk ANGEL tersebut. Kira-kira tahun 2011 yang lalu, saya baru saja mulai belajar cara memainkan harmonika diatonik. Dengan sudah adanya koleksi beberapa harmonika, antara lain Suzuki Folkmaster dan Hohner Bluesband, saya merasa penasaran untuk mencoba merk ANGEL itu. Harmonika diatonik merk ANGEL mudah dikenali saat kita melihat-lihat etalase di gerai MG Sports & Music.

Biasanya dipajang dalam jumlah melimpah, harmonika merk ini dijual lengkap dengan kotak penyimpanan yang menurut saya lumayan mewah: wadah plastik warna abu-abu, di dalamnya masih ada semacam mangkok penyangga yang terpisah, dan dilengkapi dengan sebuah lap warna abu-abu pula. Bahkan Suzuki pun tidak menyediakan kelengkapan tersebut untuk tipe Harpmaster, misalnya.

Mewah sih mewah, tetapi tak melulu berarti harmonikanya menawarkan kemewahan yang sama. Untuk ukuran harmonika diatonik seharga di bawah Rp. 100.000,00 (kalau tak salah saya dulu beli dengan harga Rp. 79.000,00), harmonika ANGEL memiliki bobot yang lumayan berat ketimbang rivalnya, Suzuki Folkmaster. Dengan  desain yang mengacu pada harmonika diatonik modern, reed plate harmonika merk ini tertutup sempurna oleh cover plate dan comb nya. Kesan yang saya dapat setelah mencoba harmonika ini adalah : BERAT!  Yak, tak hanya bobotnya saja yang berat, tetapi usaha untuk meniup dan menyedotnya pun demikian! Butuh ekstra energi untuk memainkan harmonika ANGEL ini.

Bending dapat dilakukan asal Anda cukup kuat untuk mempertahankan nafas. Airtightness nya menurut saya lumayan. Namun buat saya, suara harmonika ANGEL ini khas. Kalau boleh saya katakan, tone-nya cenderung bulat, sehingga lumayan lah kalau digunakan untuk memainkan lagu yang Jazzy.

O ya, ada beberapa yang bilang kalau harmonika ANGEL itu sebenarnya adalah merk buatan Korea, namun belakangan  dibuat di Cina. Apa bedanya? Nanti akan saya bahas di tulisan saya yang lain.

Sementara itu bolehlah saya mohon ijin untuk menampilkan salah satu video saya saat saya memainkan harmonika diatonik merk ANGEL. Mohon maaf kalau permainannya masih kacau (sekarang juga masih sih...ahhahaha...!) karena video ini saya buat saat awal-awal saya belajar harmonika. Silakan dikritisi....!



Monday, May 13, 2013

Hari Pochang

Bicara soal belajar harmonika, memang paling enak bila kita dapat berguru langsung pada orang yang sudah bisa. Apalagi kalau orang itu sudah memiliki pengalaman bertahun-tahun sebagai pemain harmonika profesional.

Saya sungguh beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk boleh belajar dengan salah satu pemain harmonika top di Indonesia. Beliau adalah om Hari "mr.superharp" Pochang, demikian saya mengutip nickname yang diberikan kepada beliau oleh situs onestopblues.com.

Wak Hari Pochang ini orangnya sangat ramah dan rendah hati. Pertama kali berkenalan di grup Pencinta Harmonika, kesan ini langsung terbaca. Beliau tidak pernah ragu untuk berbagi ilmu dan memberi masukan. Saya ingat pertama kali saya meminta masukan pada beliau yaitu saat saya mengunggah video di situs Youtube dan meminta beliau untuk memberikan komentar. Tak dinyana, beliau langsung memberikan banyak masukan bagi saya. Sejak saat itu, saya mulai berkomunikasi dengannya melalui Facebook, dan yang membuat saya salut pada beliau adalah karena beliau selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan saya.

Pemain harmonika yang tergabung dalam band Blues Libre dari Bandung ini memang luar biasa. Dia selalu memberikan dorongan bagi pemula untuk tetap semangat mempelajari cara bermain harmonika. Saya ingat saat diberi PR oleh beliau, tentang vibrato...dorongan dan motivasi beliau sungguh membuat saya bersemangat untuk tetap berlatih, sampai akhirnya saya bisa. Yah, walaupun masih amatiran..hahahhaha...!!!

Sebagai pemain harmonika profesional, namanya tak hanya diakui di Indonesia. Buktinya, nama wak Hari masuk dalam daftar nama pemain harmonika profesional tingkat dunia di situs worldofharmonica.blogspot.com (silakan klik link ini). Namun hal itu tak menghilangkan sikap ramah dan "ngemong"nya. Beberapa kali  mendapat kesempatan untuk bertemu beliau, tentunya saat dia sedang "manggung" di Jakarta, membuat saya sangat terkesan oleh sifat hangatnya itu. Sebelum dan sesudah tampil, beliau tak ragu ngobrol dengan orang-orang seperti saya, bahkan saling bercanda dengan asyiknya. Beliau juga tak ragu mengenalkan saya pada anggota bandnya (Blues Libre), seperti mas Nissan Fortz (vokal, gitar), mas Amrus Ramadhan (pedal steel guitar), om Noor Ario (bas) dan om Kiki (drum).

Itulah Hari Pochang, seorang pemain harmonika kawakan, yang sangat ramah dan rendah hati. Kepada wak Hari Pochang, ijinkan saya mengucapkan terima kasih, karena berkat dorongan dan masukan dari wak Hari, saya bisa belajar memainkan harmonika dengan baik. Saya juga akan terus belajar, siapa tahu, bisa seperti wak Hari Pochang ini...hehehehhe...!

Tetap berjaya, om Hari Pochang!

~salamsedotsebul~

Wednesday, May 8, 2013

Teknik Bending pada Harmonika (bag. III)

Melanjutkan tulisan saya sebelumnya, kali ini saya ingin berbagi mengenai tips dan trik untuk melakukan teknik Bending.

Seperti yang sudah pernah saya bahas, ketika seorang pemain harmonika melakukan teknik Bending, sebenarnya dia sedang mengendalikan arah aliran udara yang melewati lubang dan reed. Perubahan arah aliran udara ini dapat terjadi dengan mengubah kombinasi posisi bibir, rongga mulut dan lidah. 

Selanjutnya, kita harus paham reed mana saja yang bisa di"bend". Berdasarkan jenisnya, ada dua jenis Bending, yaitu Draw Bend (bending sedot) dan Blow Bend (bending tiup). Pembagian lubang berdasarkan jenis bending yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut : 

  1. Draw Bend : lubang 1, 2, 3, 4, 5 dan 6
  2. Blow Bend : lubang 8, 9 dan 10
>> DRAW BEND

Dalam melakukan Draw Bend, ada salah satu cara yang dapat diterapkan. Bayangkan Anda mengucapkan suku kata ini : "Iiiiii......" lalu dalam sekejap ganti kata itu dengan suku kata ini : "Oooo.....". Coba rasakan betul-betul. Ketika Anda mengubah vokal dari "Iiiii..." ke "Oooo..." secara cepat, dapat Anda rasakan seolah-olah ada bunyi konsonan "Y" di antara vokal "I" dan "O" tersebut. Jadi, secara utuh, Anda seperti mengucapkan kata : "IiiiiiYyyyOoooo....". 
Nah, sekarang, coba Anda lakukan hal itu, tetapi dengan arah udara masuk ke dalam, alias sambil menghirup udara lewat mulut.  Lakukan hal yang sama, ucapkan kata "IiiiiYyyyOoooo....". Rasakan perubahan posisi lidah Anda ketika mengucapkan kata tersebut. Usahakanlah untuk dapat berdiri di depan cermin supaya Anda dapat melihat perubahan posisi antara rongga mulut, rahang dan bibir. Lalu ambil harmonika Anda, dan coba pilih salah satu lubang yang dapat di-Draw Bend, misalnya lubang ke 3. Praktekkan hal sebelumnya, dengan tetap menjaga kekedapan udara di rongga mulut dan seputar bibir. Coba juga untuk dapat menggerakkan rahang Anda ke bawah. Hal ini dilakukan untuk memperbesar rongga mulut Anda. Lakukan secara perlahan dan tak perlu terburu-buru. Ingat, Anda harus rileks dan tak usah bernafsu! Bila Anda belum dapat melakukannya, jangan menyerah! Tetap lakukan, dan lakukan, dan lakukan lagi.....! Ambil istirahat sejenak bila perlu. Setiap orang memiliki kecepatan belajarnya sendiri-sendiri.
Hal yang perlu Anda sadari adalah, perubahan posisi lidah dan rahang itulah yang akan mengubah arah aliran udara yang melewati reed. Anda mungkin tak dapat langsung menghasilkan nada yang akurat, alias hanya bisa membunyikan nada bending secara tak sengaja. Tapi tak jadi masalah, teus mencoba adalah kuncinya!

O ya, saya perlu memberitahu Anda bahwa semakin rendah nada nya (semakin mengarah ke lubang sebelah kiri) maka rongga mulut harus semakin besar, karena butuh "ruang vakum" yang lebih besar untuk menghisap, daripada ketika Anda melakukan Bending pada lubang-lubang  bernada lebih tinggi (misalnya lubang nomor  4 dan 5). Ingat saja prinsip alat suntik seperti yang sudah pernah saya muat dalam tulisan saya sebelumnya.

>> BLOW BEND

Pada prinsipnya, Blow Bend dapat dilakukan juga dengan mengubah posisi bibir, rongga mulut dan lidah. Menurut pengalaman saya, keberhasilan dalam melakukan Blow Bend lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan posisi lidah dan bibir. Buatlah seolah-olah bibir dan lidah Anda menjadi keran bagi aliran udara yang Anda tiupkan ke dalam lubang harmonika. Cobalah untuk dapat mengubah-ubah besarnya celah bibir dan juga posisi lidah Anda. Latihan dengan mengucapkan vokal "O" dan "U" mungkin dapat membantu. Intinya sih, volume dan arah aliran udaralah yang harus Anda kendalikan. O ya, bagi pemula, mungkin akan lebih susah melakukan Blow Bend pada lubang ke 10, ketimbang lubang no 8 atau 9. Tapi tak apa...tetaplah mencoba!

Alangkah lebih baik juga bila sembari Anda berlatih, Anda membandingkan nada-nada yang dicari, dengan alat musik lain, seperti gitar atau piano. Ini dapat membantu Anda untuk memastikan apakah nada yang Anda cari sudah betul atau belum.

Berikut ini ada sebuah video tentang tips dan trik melakukan teknik Bending, yang saya buat dengan salah seorang teman di grup Pencinta Harmonika, yaitu mas Risky Virga :


Nah....kalau Anda sudah mencoba berkali-kali namun belum berhasil juga, jangan kecil hati! Saya sendiri baru dapat melakukan teknik Bending setelah 3-4 bulan berlatih terus menerus. Sedangkan, ada teman saya (yang jauh lebih muda) yang sudah dapat melakukannya hanya dalam waktu 2 minggu sejak pertama ia mencobanya....Yah, tiap orang mempunyai waktunya sendiri-sendiri bukan?

Baiklah, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi Anda yang sedang belajar teknik Bending. Sekali lagi, seperti orang belajar naik sepeda, sekali Anda bisa, saya yakin Anda tak akan pernah lupa caranya. Jadi tetaplah semangat, rileks, jangan tegang dan jangan terburu-buru. Enjoy saja!


SalamSedotSebul!

Wednesday, May 1, 2013

Teknik Bending pada Harmonika (bag. II)

Setelah mengetahui secara sekilas awal mulanya teknik Bending pada harmonika muncul, mari kita membahasnya lebih lanjut. Ini perlu, supaya kita tak hanya sekedar bisa menggunakan teknik tersebut, tetapi juga tahu proses kerja yang terjadi pada sebuah harmonika diatonik, saat teknik ini dilakukan.

Coba kita kembali melihat skema nada-nada yang ada pada sebuah harmonika diatonik.


Kita ambil contoh, pada sebuah harmonika diatonik kunci C, lubang ke 3 bila ditiup akan menghasilkan nada G, sedangkan bila disedot akan menghasilkan nada B. Di antara dua nada itu ada beberapa nada yang hilang. Nah, dengan menggunakan teknik Bending, kita bisa mendapatkan  nada-nada yang hilang tersebut.

Dengan asumsi bahwa Anda sudah memiliki pengetahuan soal nada dan interval nada, sebetulnya bisa dikatakan demikian: teknik Bending adalah sebuah teknik bermain harmonika, untuk mendapatkan nada-nada yang hilang, di antara DUA nada yang tersedia dalam 1 lubang, yang memiliki SELISIH/JARAK/INTERVAL nada. Perlu dipahami bahwa penerapan teknik Bending pada lubang tertentu, akan selalu menghasilkan nada yang lebih rendah daripada nada tertinggi yang dapat dihasilkan pada lubang tersebut.

[Pada contoh sebelumnya, bisa dipahami seperti ini : 
Lubang ke 3 menghasilkan nada tertinggi yaitu nada B (sedot), sedangkan nada terrendahnya adalah nada G (tiup). Dua nada ini mempunyai selisih sebesar 2 nada (B ke A = 1 nada, A ke G = 1 nada),  sehingga dengan teknik Bending, kita bisa membunyikan nada yang lebih rendah dari nada B. Dalam hal ini sebenarnya ada 3 nada KROMATIS yang bisa dihasilkan, yaitu nada A#, A dan G#.]

>> PRINSIP DASAR BENDING <<

Ketika seorang pemain harmonika melakukan teknik Bending, sebenarnya dia sedang mengendalikan aliran udara yang mengalir melewati reed. Pengendalian yang dimaksud adalah pengendalian terhadap arah aliran dan kekedapan udaranya. Bayangkan Anda sedang meminum air menggunakan sedotan. Atau mungkin perhatikan sebuah alat suntik ketika seorang dokter mengambil darah Anda. Proses seperti itulah yang terjadi ketika Anda melakukan Bending. Satu kondisi yang mutlak dipenuhi adalah soal kekedapan udara. Pernahkah Anda meminum air dengan menggunakan sedotan bocor? Susah sekali bukan? Nah, sama juga saat Anda melakukan Bending, Anda harus menjaga supaya aliran udara dalam rongga mulut dan harmonika tidak bocor, alias kedap. Tetapi tidak hanya itu saja. Anda juga harus dapat mengendalikan arah aliran udara yang mengenai reed, dengan mengubah kombinasi posisi lidah, bibir dan rongga mulut.

>> APA YANG SEBENARNYA TERJADI? <<

Ada dua jenis Bending, yang pertama adalah Bending sedot (Draw Bend), yang kedua adalah Bending tiup (Blow Bend). Dari namanya sudah jelas, bahwa Draw Bend diterapkan pada reed sedot, sedangkan Blow Bend pada reed tiup. Namun Anda mungkin akan merasa heran saat mengetahui proses yang sebenarnya terjadi. Ketika Draw Bend dilakukan, reed yang bergetar dan menghasilkan suara justru reed tiup, dan ketika Blow Bend dilakukan, sebaliknya, yang bergetar dan berbunyi adalah reed sedot. Inilah yang perlu dipahami, kaitannya dengan arah aliran udara seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Kedengaran aneh? Kalau tak percaya, mari kita simak video dari sang maestro harmonika diatonik, Howard Levy, berikut ini :



Nah, sekarang Anda sudah mendapatkan gambaran mengenai proses yang terjadi saat teknik Bending dilakukan. Berikutnya, akan saya bahas mengenai cara-cara dasar melakukan teknik Bending. Tentunya di tulisan saya selanjutnya. Jadi silakan terus menyimak...!


Teknik Bending pada Harmonika (bag. I)

Hei!

Saya rasa sekarang saatnya untuk membahas salah satu teknik bermain harmonika diatonik, yang paling spektakuler, dan membuat harmonika diatonik menjadi alat musik yang mencengangkan banyak orang.

Teknik itu disebut teknik Bending. Bending berarti menekukkan atau membengkokkan. Dalam hal ini yang di"bengkok"kan adalah nada...uhm, walaupun pengertiannya tak seharafiah demikian. Tapi mari kita selidiki bersama mengenai teknik yang kerapkali membuat penasaran para pemula.

Pada tulisan sebelumnya, saya pernah membahas mengenai susunan nada yang dapat dihasilkan oleh sebuah harmonika diatonik, yaitu susunan nada Richter (Richter Tuning). Dengan menggunakan susunan nada tersebut, sebuah harmonika ternyata mempunyai kekurangan, yaitu ada beberapa nada pada tangga nada mayor, yang "hilang" atau tak dapat dihasilkan dengan hanya menggunakan cara sedot & tiup biasa.


Pada awalnya, ketiadaan nada-nada tersebut dianggap sebagai sebuah cacat. Namun saat harmonika-harmonika buatan Jerman dibawa masuk ke Amerika (sekitar akhir abad 19-awal abad 20) dan dimainkan oleh orang-orang kulit hitam di sana, sesuatu yang ajaib terjadi. Dengan mengubah posisi bermain dari yang sebagian besar menggunakan nada tiup, menjadi sebagian besar nada sedot (belakangan inilah yang disebut dengan 2nd Position), ada lubang-lubang yang dapat menghasilkan nada lain.
Nada ini didapat dengan mengubah kombinasi posisi antara rongga mulut, bibir dan lidah. Inilah yang kemudian disebut "Teknik Bending". Dengan menggunakan teknik Bending, nada-nada yang tidak dapat diraih dengan cara sedot tiup "polos" biasa, dapat dihasilkan. Secara menakjubkan juga, tangga nada yang didapat dari 2nd Position ini adalah tangga nada yang sangat pas dengan Blues Scale, karena mengandung nada flatted 7th (gampangnya seperti ini: pada tangga nada mayor, nada "Si" diturunkan setengah-red). Jadi, yang awalnya sempat dianggap sebagai sebuah cacat, (karena ketiadaan beberapa nada) dengan adanya teknik ini justru mengubah segalanya. Teknik ini membuka  kunci pintu menuju ke sebuah dimensi baru dalam bermain harmonika. Boleh dikatakan, mungkin hal ini tak direncanakan sebelumnya oleh para pembuat harmonika. Blessing in disguise, maybe......hahahaa...

Tapi itulah uniknya harmonika....makin penasaran? Terus ikuti tulisan saya berikutnya....!

Wednesday, April 24, 2013

Onestopblues.com : Situs berita blues

Saya yakin setiap orang yang jatuh cinta dengan harmonika, khususnya jenis diatonik, pasti tak asing lagi dengan musik Blues. Ya! Harmonika diatonik itu memang dekat sekali dengan musik Blues, maka dari itu tak heran bila instrumen tersebut kerap disebut dengan istilah Blues Harp.

Di Indonesiapun, musik Blues mempunyai tempat tersendiri, dengan jumlah penggemar yang tak bisa dibilang sedikit. Nah, ada salah satu penggemar Blues di Indonesia yang menunjukkan kecintaannya pada musik Blues dengan satu cara yang unik.

Kang Hadi Pramono, itulah namanya. Beliau, yang adalah orang yang sangat dekat dengan musik, membuat sebuah situs, atau blog yang bernama Onestopblues.com. Sesuai dengan judulnya, situs ini memuat berbagai berita yang berkaitan dengan perkembangan musik Blues di Indonesia, lengkap dengan informasi mengenai aktivitas musik tersebut. Kecintaan beliau terhadap musik Blues memang tak diragukan lagi. Berdasarkan penuturan beliau di situsnya, kang Hadi Pramono ini pernah menjadi Ketua Komunitas Blues Bandung dan penasihat di Blues Bandung Society. Mantap, kan? hehehehe...

Bila Anda adalah seorang penggemar musik Blues dan sekaligus harmonika Blues, jangan ragu untuk mengunjungi situs ini. Saya yakin Anda tak akan merasa rugi. Komplit dan Lengkap! Luar Biasa! Kira-kira demikian yang bisa saya katakan untuk menggambarkan betapa situs ini memberi manfaat yang tak sedikit bagi penggemar musik Blues di Indonesia.

Jadi, ayo...jangan diam saja! Klik link ini untuk segera masuk ke situs yang asyik tersebut!

O ya, meskipun secara pribadi saya belum pernah bertemu langsung dengan kang Hadi Pramono ini, saya ingin mengucapkan : Sukses selalu untuk Onestopblues.com !!!!


Salam Sedot Sebul

Saturday, April 20, 2013

Pake Easy Rider? Siapa takut!

Siapa bilang kalau kita hanya punya harmonika murah, lantas tak boleh duet jamming dengan pemain harmonika lain, yang notabene mempunyai harmonika berharga lebih mahal dibanding milik kita?

Yang penting sih, enjoy aja...dan tetap bisa mengikuti pola yang dimainkan. Dalam klip berikut ini saya melakukan duet (bukan duel) dengan salah seorang teman sesama anggota grup Pencinta Harmonika : bro Sunu.

Sebenarnya sih, kami iseng saja saat sama-sama nongkrong makan malam. Lalu karena ada handycam, kami sepakat mencoba jamming. Waktu itu bro Sunu ingin mencoba Hohner Marine Band Classic (kunci D) yang baru dia beli. Nah, karena jamming dilakukan dengan harp kunci D, maka mau tak mau saya menggunakan Suzuki Easy Rider saya...Mengapa? Yah, simpel saja, untuk harmonika kunci D, saya hanya punya  EZR itu saja! :D

Maka itu, karena tak akan imbang bila disebut duel, saya memilih untuk memainkan rhytm saja.Perhatikan betapa suara MB Classic mendominasi, dan EZR hanya terdengar sebagai latar belakang saja..hahaha...Yah, paling tidak, EZR masih bisa mengiringi MB Classic yang sudah terkenal di jagat harmonika blues itu!

Silakan disimak...:)



Suzuki Easy Rider

Satu lagi harmonika diatonik buatan Suzuki yang masuk dalam kategori "entry level" adalah Suzuki Easy Rider (kode : EZR20). Harmonika tipe ini sangat mudah dikenali karena warna cover plate nya yang menyolok, yaitu warna merah. Entah kenapa, di website resmi Suzuki Music, warna cover plate yang nampak pada gambar Suzuki Easy Rider adalah abu-abu (atau perak?). Tetapi selama ini setiap harmonika Suzuki tipe Easy Rider yang saya temui, selalu memiliki cover plate yang berwarna merah.

Dari namanya, sudah dapat ditebak bila harmonika tipe ini ditujukan bagi pemula yang baru ingin belajar cara bermain harmonika diatonik. Tapi jangan salah, berdasarkan pengalaman saya, harmonika tipe ini tak bisa dianggap remeh seperti harmonika mainan biasa, lho...

Desain comb dan reed plate nya berbeda dengan saudaranya, yaitu tipe Folkmaster (1072). Pada Easy Rider, reed plate "tertanam" secara rapi di dalam comb yang terbuat dari plastik, sehingga tepiannya tak "nongol" seperti pada Folkmaster. Konsekuensinya, bibir tak mudah merasa sakit. Tetapi entah mengapa, dari beberapa Easy Rider yang saya miliki, saya menemui beberapa kesamaan : bagian comb yang memiliki lubang (yang bersinggungan langsung dengan bibir pemain) cenderung mempunyai permukaan yang kesat. Hal ini kadang membuat saya kesulitan untuk berpindah dari satu lubang ke lubang yang lain. Tapi, sekali lagi, ini hanya menurut saya lho...


Untuk airtightness, menurut penilaian subyektif saya, boleh dibilang Easy Rider lebih baik daripada Folkmaster. Mungkin karena desain dan susunan comb dan reed plate yang berbeda dibanding dengan Folkmaster, sehingga gejala "ngempos" tak terlalu banyak ditemui pada harmonika ini. Efeknya, teknik Bending dapat lebih nyaman dilakukan, apalagi bila sebelumnya, kita lakukan "reed gapping" pada beberapa reed yang ada. (Untuk teknik "reed gapping" ini akan saya bahas pada tulisan yang lain).

Sayang, volume suara yang dihasilkan, tak sekeras Folkmaster. Mungkin karena bagian belakang cover plate kurang "mangap" jika dibanding dengan Folkmaster. Namun untuk kerapian dan akurasi pemasangan reed yang ada pada reed plate, Easy Rider juga tak kalah dengan Folkmaster. Sekali lagi, ini bukti bahwa pihak Suzuki Music memang sangat konsisten menjaga kualitas setiap produknya, bahkan untuk produk entry level seperti Easy Rider tersebut.

Suzuki Easy Rider dijual lengkap dengan kotak yang terbuat dari karton, berbeda dengan saudaranya, Folkmaster, yang dijual lengkap dengan kotak plastik. Harga Easy Rider di bawah Folkmaster, yaitu sekitar Rp. 65.000,00. Harmonika ini juga tak sulit dicari. Cukup kunjungi gerai MG di toko buku Gramedia, dan biasanya Anda akan dapat menemukannya.

Ya....sekali lagi, bila memang Anda terbentur masalah dana, tetapi "ngebet" untuk belajar harmonika diatonik, tak ada salahnya membeli harmonika Suzuki Easy Rider. Selamat mencoba!