Tuesday, December 30, 2014

Harmonica Beatles!

Anda tahu Beatles? Tahukah Anda bahwa harmonika juga digunakan dalam beberapa lagu mereka?
Nah, terkait dengan pameran komik interpretasi The Beatles milik salah seorang teman, ternyata dia mendapat undangan wawancara langsung di radio D FM (103.4 FM) dalam acara Beatle Juice, yang dipandu oleh mas Budi Iskandar, awal Desember lalu. Hendy, sang pembuat komik akhirnya mengajak saya dan beberapa teman Pencinta Harmonika, yaitu Sunu & Rama, untuk ikut mengisi di wawancara itu.
Meski secara pribadi saya tak terlalu kenal dengan lagu-lagu The Beatles, tapi tetap saja rasanya seru ketika membawakan lagu-lagu mereka, apalagi dengan aransemen versi kami yang menggunakan harmonika. Berikut salah satu lagu yang kami bawakan, yaitu "In My Life".
O ya, ngomong-ngomong, Hendy  kami daulat untuk berperan sebagai vokalis...hahahhaaha....

Sila disimak!
   




Hohner MarineBand Crossover

Dalam artikel ini saya ingin membahas mengenai harmonika diatonik merk Hohner, dari keluarga MarineBand yang sangat legendaris itu. Sebenarnya dalam keluarga MarineBand, ada beberapa tipe yang diproduksi oleh Hohner, antara lain MarineBand Classic, MarineBand Deluxe dan MarineBand Crossover. Nah, kebetulan saya punya MarineBand Deluxe dan Crossover. Maka ijinkan saya untuk memberikan pendapat saya mengenai ke dua tipe MarineBand tersebut. Kali ini yang saya bahas adalah Hohner MarineBand Crossover.
Crossover adalah favorit saya sampai sejauh ini. Pertama, karena comb nya terbuat bukan dari kayu ataupun plastik, yang ke dua karena suaranya bikin merinding!
Ya! Comb Crossover terbuat dari bambu! Bambu yang diberi lapisan (laminated bamboo), lebih tepatnya. Anda dapat dengan mudah melihat pola serat bambu pada comb nya.Lapisan ini diberikan supaya comb Crossover tidak mudah lembab karena cairan, dalam hal ini air liur si pemain. Percaya atau tidak, meski comb Crossover terbuat dari bambu, namun kualitas suaranya dapat dikatakan mirip dengan harmonika yang memiliki comb dengan material kayu, seperti MarineBand Classic contohnya. Warna suara yang dihasilkan oleh Crossover ini sangat khas. Kalau boleh dibilang, termasuk “nakal & kotor”…hehehehe…Kata orang Jawa, “Kemranyas”! Ditambah lagi dengan cover plate yang memiliki bukaan belakang yang lebih “mangap”, membuat Crossover sangat enak untuk memainkan musik Blues. Namun demikian, memainkan musik Jazz dengan menggunakan Crossover juga tak kalah asyiknya. Rupanya Crossover dibuat untuk dapat cocok dengan musik lain selain Blues.
Satu keunggulan Crossover dibanding MarineBand Classic ataupun Deluxe terletak pada cover plate nya. Cover plate Crossover dipasang dengan menggunakan baut. Artinya, kita dapat lebih leluasa membongkarpasang cover plate harmonika ini. Tak seperti saudara-saudaranya yang menggunakan paku untuk memasang cover platenya.
Bila Anda membeli Crossover, maka Anda akan mendapatkan kantong khusus lengkap dengan retsleting, yang dapat dipasang pada ikat pinggang Anda. Enaknya adalah, Anda dapat membawa si Crossover ini ke manapun Anda pergi.
Semua hal tersebut membuat saya lebih sering membawa Crossover ke mana-mana, karena memang saya sangat menyukai harmonika ini. Satu-satunya yang sedikit membuat saya keberatan, seperti biasa adalah harganya! Hahahahah……Tapi memang ada harga, ada kualitas….Sangat memuaskan sih, jadi ya tak perlu menyesal…
Untuk lebih dapat mengetahui kualitas suara Crossover ini, sila disimak salah satu video saya di Youtube. Dapat Anda dengar bahkan ketika saya bermain di ruang yang sangat terbuka dan bisingpun suara Crossover masih terdengar “galak”. Pada intinya, saya sangat merekomendasikan teman-teman untuk membeli Crossover, dengan catatan, memang Anda harus menyiapkan dana yang tak sedikit. Namun itu semua akan terbayar dengan kualitas yang Anda dapatkan. Tunggu apa lagi? 

Saturday, December 27, 2014

Tips Harmonika : WahWah, Hand Tremolo & Tongue Blocking

Hai!
Pergantian tahun 2014 ke 2015 sebentar lagi tiba. Sebelum masa itu datang, saya kok rasanya kepengen bikin video tutorial lagi, tapi bingung mau bikin apa.

Nah, akhirnya terpikir untuk berbagi mengenai beberapa tips sederhana dalam bermain harmonika diatonik. Ada beberapa teknik, yaitu teknik "WahWah", Hand Tremolo dan Tongue Blocking.

O iya, video ini saya buat sekalian dalam rangka uji coba smartphone saya yang baru beli (ahahaah....pamer nih ceritanya...), yaitu Acer Liquid E700. Saya penasaran dengan kemampuannya merekam video. Ada kelemahan yaitu autofokus nya berubah-ubah, sehingga mengganggu tampilan bila Anda lihat di video ini. Namun soal audio justru lumayan bersih, lho....

Ah, tapi bukan itu intinya....Intinya saya ingin berbagi sesuatu kepada teman-teman Pencinta Harmonika, sebelum tutup tahun 2014 ini. Sekali lagi, semoga bermanfaat dan tetap semangat!

Salam Sedot Sebul!








Monday, December 8, 2014

1st & 2nd Position Harmonica

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana sih bedanya permainan lick Blues dengan menggunakan posisi pertama (Straight Harp) dan posisi ke dua (Cross Harp)?

Nah, saya mencoba menjawabnya dengan memainkan satu lick Blues sederhana tetapi dengan 2 harmonika yang berbeda kunci. Dalam hal ini saya menggunakan Hohner Crossover kunci C dan Hohner MarineBand Deluxe kunci F. Dengan Crossover, saya bermain dalam posisi pertama, sedangkan dengan MB Deluxe, saya memainkan posisi ke dua/crossharp. Sehingga kesimpulannya, lick Blues yang saya mainkan nada dasarnya adalah do = C. Masih bingung? Coba baca artikel saya yang ini dan yang ini.

Saat saya bermain dalam posisi pertama, saya lebih banyak main di oktaf atas, karena di situlah saya bisa mendapatkan nada-nada kromatik dengan menggunakan teknik Bending, dalam hal ini Blow Bend. Pada oktaf tengah ini tidak dimungkinkan, kecuali Anda bisa melakukan teknik OverBending. Blow Bend lebih banyak saya lakukan pada lubang ke 9 & 10 tiup.

Sedangkan dengan MB Deluxe kunci F, saya lebih leluasa memainkan lick Blues karena memang posisi ke dua/crossharp adalah memang posisi yang paling pas untuk memainkan lick Blues, berkat adanya sensasi Bluesy akibat dari penerapan teknik Bending, dalam hal ini Draw Bend. Nuansa Blues lebih kental bila dibanding dengan saat saya menggunakan posisi pertama.

O iya, ada satu lagi bedanya. Untuk kord, saat saya memainkan posisi ke dua/crossharp, saya hanya bisa secara jelas membunyikan kord I dan IV, dalam hal ini kord C (lubang 1, 2, 3 sedot) dan kord F (lubang 1, 2, 3 tiup). Beda dengan posisi pertama, kord yang bisa saya dapatkan secara gamblang adalah kord I (kord C, lubang 4, 5, 6 tiup) dan kord V (kord G, lubang 3, 4, 5 sedot).

Jadi kesimpulannya, bahkan dengan menggunakan posisi pertama pun kita masih bisa memainkan lick Blues, meski mungkin tak semenawan posisi ke dua. Posisi Crossharp memang adalah posisi yang paling cocok untuk memainkan lick-lick Blues.

Untuk lebih jelasnya, silakan simak video berikut ini.

Wednesday, November 26, 2014

SOblue - Love Me Do

Love....Love Me Do!

Itulah sepenggal lirik lagu dari The Beatles yang dibawakan oleh Sunu saat saya dan dia "ngamen" di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mewakili komunitas Pencinta Harmonika di Jakarta, yang disebut Jakarta Harpist.

Ya! Ngamen! Numpang ngamen di lapak pameran "komik indie" milik rekan Sunu, yaitu bro Hendy Adhitya, yang membuat komik-komiknya berdasarkan inspirasi dari band The Beatles tersebut.

Di kios berukuran kira-kira 3x5 m itulah karya-karya bro Hendy dipamerkan. Dan di sela-sela benda-benda itulah kami membawakan beberapa lagu dari The Beatles, dan lagu lain, tentunya dengan tetap memasukkan suara harmonika!

Rasanya senang bisa menghibur pengunjung yang datang, atau juga pengunjung warung mie di seberang kios pameran (eheheehehe.....seberang-sebarangan sama warung mie soalnya).

Terima kasih buat bro Hendy karena mengijinkan kami : saya dan Sunu untuk boleh mengisi di pameran Anda. Semoga sukses selalu dalam dunia perkomikan!

Berikut secuil cuplikan ketika kami, SOBlue, membawakan lagu "Love Me Do".




*SOBlue : Sunu & Oki Blue



Friday, October 3, 2014

Rega Dauna dan Reyharp lagi-lagi "bikin ulah"....

Ya! Setelah lama tak berjumpa Rega dan Reyharp, ternyata mereka kembali bikin ulah...hahahhaa....

Maksudnya, ada lagi kejutan dari dua anak muda yang luar biasa ini.

Pertama, Rega Dauna. Bocah ajaib ini mencuri perhatian publik karena menjadi peserta kontes Indonesia Mencari Bakat (IMB) dan tampil sebagai pemain harmonika kromatik satu-satunya dan pertama kalinya!!!

Luar biasa, Rega tampil semakin dewasa, meski gayanya tak berubah. Apalagi kalau bicara soal per-jomblo-an itu, hahahahhahahha........
Meski sudah sering berkolaborasi dengan banyak musisi Indonesia, Rega masihlah seorang muda yang rendah hati. Dan teknik permainannyapun makin matang. Berikut ini cuplikan videonya ketika tampil di IMB.



Kedua, Reyharp. Bocah ajaib satu lagi ini juga diam-diam mulai menyentak dunia. Setelah tahun lalu sempat memenangi kontes Asia Pacific Harmonika Festival, kali ini Rey, begitu panggilan akrabnya, menyasar Australia. Bahkan salah satu media Australia memuat artikel tentangnya di sini .

Wew......sebagai seorang pencinta harmonika, saya sangat bangga dengan apa yang mereka berdua lakukan. Dan sepertinya mereka telah berbagi tugas dengan baik. Rega bertugas meracuni masyarakat Indonesia dengan harmonika kromatiknya, sedangkan Reyharp menjadi duta besar harmonika Indonesia ke luar negeri. Wah, salut buat mereka!!!

Harapan saya, mereka dapat menjalani proses bermusik dengan baik dan tetap rendah hati. Semangat buat Rega dan Reyharp! I'm very proud of you guys!

Berikut ini juga saya tampilkan secuplik rekaman ketika saya "nongkrong" bareng bersama dua sobat asyik ini, dan meminta mereka membawakan sebuah lagu. Rega, ternyata punya bakat musik yang yahud : memainkan piano dengan sangat baik! Sedangkan Reyharp, teknik "speed playing" nya jangan ditanya lagi...hehehehehe.......

Kangen nongkrong bareng mereka lagi, euy.....!




Thursday, July 3, 2014

Tips Membersihkan Harmonika Diatonik

Sebagai alat musik yang dimainkan dengan menggunakan mulut, tak pelak lagi harmonika harus dijaga kebersihannya, sebab mulut pemainnya langsung bersinggungan dengan instrumen ini. Kali ini saya ingin berbagi tips mengenai cara membersihkan harmonika diatonik. Bukan untuk menjadi yang paling tahu, tetapi hanya sekedar membagi pengalaman saya saja.
Pada harmonika diatonik, hal yang kerap kali ditemui adalah adanya sisa air liur (saliva), baik di permukaan luar maupun di bagian dalamnya. Kotoran ini bila dibiarkan terlalu lama, selain dapat menimbulkan rasa tak nyaman bagi yang melihatnya, juga dapat menjadi gangguan saat kita memainkan harmonika diatonik kita. Bahkan dapat membuat reed dalam harmonika kita menjadi tak berbunyi sama sekali. O ya, harmonika diatonik yang saya maksud di sini adalah harmonika yang cover plate nya dikunci dengan menggunakan baut dan bukan paku, serta yang comb nya terbuat dari plastik dan bukan kayu. Sebab harmonika yang comb nya terbuat dari kayu serta cover plate nya dikunci dengan menggunakan paku, membutuhkan perlakuan yang berbeda dan lebih rumit.

Sebelum kita mulai membersihkan, ada baiknya kita siapkan beberapa peralatan yang diperlukan, antara lain : obeng plus, tang (bila perlu), kain lap lembut, tusuk gigi dan alkohol dengan kandungan 70%. Saya tak menganjurkan tisu sebagai alat pengelap, karena dapat menggerus permukaan cover plate. Selama ini saya menggunakan kain lap yang saya dapat ketika membeli harmonika diatonik merk ANGEL. Jadi, meski termasuk harmonika diatonik yang sering dihindari, paling tidak ANGEL masih memberi manfaat buat saya…hehehehe…..O iya, kain lap kacamata atau monitor/TV juga bisa digunakan!

Untuk membersihkan permukaan cover plate secara mudah, cukup basahi kain lap dan seka seluruh permukaan sampai bekas bibir dan air liur yang menempel hilang. Tapi silakan cermati bahwa di sela-sela antara cover plate dan reed plate biasanya ada endapan air liur yang mengering.

Lap saja tak cukup bisa menghilangkannya. Untuk membersihkannya, mau tak mau kita harus membuka ke dua cover plate. Kemudian silakan seka ke dua cover plate, baik di bagian luar maupun dalamnya. Saya perlu ingatkan bahwa Anda harus ekstra hati-hati saat menyeka bagian tepi cover plate, karena bagian ini hampir setajam pisau! Jari saya sudah dua kali menjadi korban keganasan tajamnya tepian cover plate. Saya tak sadar ketika menyekanya dengan lap, tiba-tiba jari  terasa perih dan ternyata sudah berdarah-darah. 
Lap yang saya gunakan rupanya sobek dan jari sayalah yang menjadi sasaran!

Selanjutnya perhatikan bagian reed plate. Saliva yang tertinggal akan dapat kita temui di bagian depan (bagian di atas bawah lubang). Bila hanya ada sedikit, cukup gunakan tusuk gigi atau batang lidi kecil untuk mencungkilnya secara lembut. 





Jangan gunakan batang berbahan besi karena dapat merusak comb atau reed plate
O ya, hati-hati saat akan membersihkan reed dalam keadaan reed plate masih terpasang. Jangan 
menggunakan obeng, atau batang keras lainnya, karena dapat merubah jarak antara reed dan reed plate (reed gap).


Nah, bila Anda berniat membersihkan keseluruhan bagian harmonika diatonik Anda, bersiaplah untuk melepas ke dua reed plate- nya. Ingat, hati-hati dengan baut pemegang reed plate maupun cover plate, jangan sampai hilang, atau Anda akan menyesal! Ingatlah pula posisi reed plate atas (BLOW) dan bawah (DRAW) supaya nanti jangan tertukar saat Anda memasangnya kembali. Mungkin hal ini sepele, tapi kalau salah bisa repot kita…heheeheh…

Nah, bila ke dua reed plate sudah Anda lepas, silakan cermati permukaannya. Bila ada sisa saliva yang tertinggal, silakan gunakan lap lembut yang sudah dibasahi dengan menggunakan alkohol 70%, dan seka secara hati-hati tepian reed plate yang menghadap ke arah depan (arah yang menghadap mulut Anda ketika Anda memainkan harmonika). 




Saat menyeka permukaan reed plate, hati-hati jangan sampai kain lap Anda tersangkut reed yang “nongol”, sebab hal itu dapat membuat reed bengkok atau malah fatalnya, patah! Anda tak ingin itu terjadi bukan?





Lanjutkan dengan membersihkan comb yang sudah dalam keadaan terbuka. Perhatikan bagian lubang-lubangnya, karena disitulah biasanya endapan saliva tertinggal. Cukup cungkil dengan menggunakan tusuk gigi atau batang lidi kecil. Biasanya sisa saliva akan berwujud seperti lembaran sangat tipis yang berwarna putih dan menempel pada siku-siku tiap lubang comb. Sekalian juga bersihkan setiap bagian dalam lubang dengan menggunakan lap yang telah dibasahi alkohol.


Nah, sangat mudah bukan? Setelah Anda selesai membersihkan seluruh bagian harmonika diatonik Anda, silakan pasang kembali semuanya seperti sedia kala. O ya, biasakan setiap Anda selesai memainkan harmonika, ketuk-ketukkanlah harmonika pada telapak tangan Anda untuk mengeluarkan sisa air liur dan kotoran lain, sebelum terlanjur mengendap di dalam. Ini tentunya akan sangat membantu sehingga kita tak perlu terlalu sering membongkar harmonika kita.
Kira-kira itu tips singkat dari saya, semoga dapat membantu Anda semua. Jadi, jangan ragu dan takut untuk membersihkan harmonika diatonik milik Anda, supaya dapat selalu terjaga kebersihannya.

Selamat mencoba dan Salam Sedot Sebul!

Tuesday, June 3, 2014

Suzuki Airwave

Berdasarkan pengamatan saya,  teman-teman yang akhirnya tertarik untuk memainkan harmonika, biasanya memiliki pengalaman berkenalan dengan instrumen ini saat mereka masih kanak-kanak. Pada masa-masa itulah, harmonika (kebanyakan) dianggap hanya sebagai sebuah mainan. Dan faktanya, sebagian besar dari mereka bertemu dengan harmonika tipe Tremolo.

Nah, Suzuki ternyata memiliki satu produk harmonika yang dibuat khusus untuk anak-anak. Jenisnya pun bukan Tremolo, tapi Diatonik! Namanya adalah Suzuki Airwave. Produk ini memang dibuat sebagai sarana bagi anak-anak yang ingin belajar cara memainkan harmonika diatonik sejak awal.

Sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu saya sempat membelinya untuk anak saya yang masih berusia 4 tahun. Alasan saya sederhana, setiap kali saya memainkan harmonika, anak saya selalu berusaha meminta harmonika yang sedang saya gunakan, untuk dia mainkan sendiri. Rupanya dia juga sudah mulai tertular virus harmonika dari bapaknya :p . Tapi rupanya rencana saya tak berjalan mulus, karena setelah saya membelikan harmonika tersebut, dia tetap saja berusaha merebut harmonika yang saya mainkan (- -“)

Penasaran dengan Airwave ini, saya mencoba untuk memainkannya. Dengan bodi yang hampir seluruhnya bernuansa plastik, saya kira harmonika ini tak lebih dari sebuah mainan. Di-bend pun saya pikir tak bisa. Eh, tapi saya terkejut ketika saya mencobanya sendiri. Ternyata harmonika ini bisa di-bend persis seperti sebuah harmonika diatonik biasa! Yah, pada prinsipnya, harmonika dengan 10 lubang ini memang adalah sebuah harmonika jenis Diatonik.  Bedanya, jarak antar lubang sangatlah jauh bila dibanding dengan harmonika diatonik biasa. Sepertinya ini sengaja dibuat karena anak-anak pastilah sangat susah untuk mendapatkan single note dengan posisi lubang yang sangat berdekatan, seperti pada harmonika diatonik biasa. Kalau boleh dikatakan, lubang-lubang milik Suzuki Airwave sangatlah mirip dengan harmonika kromatik keluaran Suzuki. Bulat dan agak berjauhan. Jadi, kesan pertama yang saya dapat ketika memainkan harmonika ini adalah seperti memainkan harmonika kromatik, tetapi dengan isi harmonika diatonik. Bedanya, Airwave memiliki bodi yang lumayan pipih.

Suzuki Airwave dilengkapi dengan buku petunjuk yang terdapat pada kemasannya. Buku yang dibuat oleh Ronnie Shellist, salah satu endorsee Suzuki yang terkenal itu, berisi penjelasan tentang teknik-teknik sederhana memainkan harmonika diatonik bagi anak-anak, dan juga ada beberapa tab lagu sederhana.

Yah, karakter suaranya sih memang jauh bila dibanding dengan harmonika diatonik biasa, tapi sebagai sarana pengenalan untuk anak-anak, saya rasa Suzuki Airwave sudah cukup bagus. Ketika saya beli, harganya masih sekitar Rp. 95.000,-.  Airwave tidak dilengkapi dengan baut cover plate, jadi memang sepertinya tak dirancang untuk sering dibongkar pasang. Secara ergonomi, bagian comb-nya dibuat untuk nyaman di bibir anak-anak. Tetapi untuk media belajar bagi orang dewasa , saya tak menganjurkannya. Lebih baik sekalian beli harmonika diatonik yang “sungguhan”. Sekali lagi, Suzuki Airwave memang dirancang sebagai harmonika diatonik untuk anak-anak. Jadi, bila anak Anda sudah mulai nampak tertarik dengan yang namanya harmonika Diatonik, tak ada salahnya membeli Suzuki Airwave untuk mereka.

Monday, April 28, 2014

ASTAGA!

Astaga!

Saya tak pernah menyangka akhirnya bisa bertemu dengan salah satu teman di Pencinta Harmonika, yang kerap kali membawakan lagu-lagu dengan harmonikanya. Salah satu  yang pernah dia bawakan secara luar biasa adalah lagu dari Ruth Sahanya, yang berjudul "Astaga".

Ya! Sobat itu adalah mas Robertus Budi, sang jagoan Folkmaster dari Semarang. Secara kebetulan, pada bulan Februari 2014 yang lalu,  saya memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Semarang (lebih tepatnya sih, mampir...) dan segera saya membuat janji dengan beliau. Ternyata beliau menyanggupinya dan kami sepakat bertemu di hotel tempat saya menginap. Tadinya saya berharap akan ada beberapa teman dari Pencinta Harmonika wilayah Semarang yang akan ikut bergabung bersama kami, namun ternyata hanya mas Robert yang datang.

Waktu pertemuan memang sudah cukup malam, dan kamipun sempat kebingungan mencari lokasi yang pas untuk nongkrong, sekaligus tentu saja nge-jam bersama. Secara tak sengaja kami melihat di seberang hotel ada tukang jualan soto gerobak dan dia menyediakan tikar-tikar yang digelar di sepanjang trotoar. Akhirnya kami memutuskan untuk nongkrong di situ saja.

Obrolan demi obrolan dan diskusi serius tapi santai berjalan dengan seru. Sampai pada akhirnya kami sudah tak tahan untuk nge-jam. Kebetulan saya juga membawa gitar (niat banget! hahahaha...) dan kamera DSLR. Nah, akhirnya kita putuskan untuk membawakan salah satu lagu yang pernah mas Robert bawakan di Youtube, yaitu lagu "Astaga". Mas Robert sempat agak ragu karena dia mengaku sudah vakum memainkan harmonika selama 2 tahun. Percobaan demi percobaan dilakukan sampai beliau merasa siap betul. Hahaha....mirip seperti audisi saja! Nah, akhirnya kami berhasil membawakan lagu ini, dan berikut adalah rekamannya :


Dalam diskusi kami juga tersirat kerinduan mas Robert untuk bisa berkumpul dengan sesama pencinta harmonika di kota Semarang dan sekitarnya. Beberapa tahun sebelumnya sempat ada 2-3 orang yang berkumpul, kalau tak salah ketika om Iman Budi Santosa (pembuat grup Pencinta Harmonika) datang mengunjungi kota Semarang, dan mas Robert adalah salah satu pesertanya. Namun setelah itu tak pernah lagi ada pertemuan di antara mereka. Hmmmm....semoga teman-teman Pencinta Harmonika di wilayah Semarang bisa berkumpul lagi ya....!

Pertemuan malam itu sungguh sangat menyenangkan. Sempat merasa sedikit bangga juga ketika ada beberapa orang yang bertanya-tanya kepada kami soal harmonika, dan juga menonton kami saat kami membawakan lagu "Astaga". Berasa jadi artis jalanan juga ini.....hihihihihihi....

Akhir kata, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak buat mas Robertus yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk bertemu saya. Sukses selalu buat mas Robert, dan semoga teman-teman pencinta harmonika di Semarang juga bisa segera bergabung dengan beliau untuk melakukan kembali "kopdar" harmonika di kota ini.  Saya tunggu juga kedatangan mas Robert ke Jakarta!

Salam Sedot Sebul!

Wednesday, April 9, 2014

3rd Position!!! (Posisi Bermain Harmonika Diatonik)

Ah, satu kelegaan lagi muncul, karena akhirnya saya bisa kembali membuat satu video tutorial mengenai salah satu posisi dalam bermain harmonika diatonik.

Kali ini saya ingin berbagi mengenai posisi ke 3 (Third Position), atau  disebut posisi "Slant Harp". Dengan posisi ini kita akan mendapatkan susunan tangga nada minor, yang juga dikenal dengan nama "Dorian mode".
Pada posisi ini, root note atau nada dasarnya bisa didapat dari lubang 1 sedot, lubang 4 sedot atau lubang 8 sedot. Apabila kita menggunakan harmonika diatonik kunci C, maka ketika kita menggunakan posisi ke tiga ini, artinya kita bermain dalam nada dasar Dm (karena tangga nadanya minor). Posisi ke tiga memang sangat tepat digunakan untuk memainkan lagu-lagu minor, bahkan "Blues" pun bisa.

Nah, tanpa banyak ucap, silakan simak video tutorial berikut ini. Mohon maaf bila ada kesalahan-kesalahan yang terjadi, dan kiranya video ini bisa membantu teman-teman sekalian yang ingin belajar mengenai posisi SlantHarp tersebut.



*O iya, sebagai contoh penggunaan posisi ke Tiga ini, silakan simak salah satu video yang sudah pernah saya buat sebelumnya :

Baiklah, selamat mencoba!

Salam Sedot Sebul!

Monday, April 7, 2014

Tab Harmonika : "Indonesia Tanah Air Beta"

Kabar gembira!

Akhirnya saya dapat memenuhi janji saya kepada beberapa teman untuk membuatkan tab harmonika salah satu lagu nasional Indonesia yang pernah saya bawakan di Youtube, yaitu : "Indonesia Tanah Air Beta".

Sebagai orang yang belajar secara otodidak dan tak terbiasa menggunakan partitur lagu atau membaca notasi angka dan balok, terus terang membuat tab harmonika bukan hal yang mudah buat saya.  Selama ini saya selalu memainkan alat musik dengan mengandalkan "feeling" saya saja.....dan cenderung "Play By Ear", yaitu mencoba mendengarkan orang lain memainkan suatu lagu, lalu baru saya berusaha menirunya.

Namun akhirnya saya seleseaikan juga tab harmonika lagu "Indonesia Tanah Air Beta" ini. Silakan disimak ya, teman-teman....apabila ada yang salah, tolong beritahu saya....maklum, saya masih awam dalam hal membuat tab harmonika. Selamat mencoba!
Salam Sedot Sebul!

Monday, March 24, 2014

Suzuki Manji

Kali ini saya ingin memberikan sedikit ulasan mengenai salah satu harmonika diatonik yang diproduksi oleh Suzuki. Harmonika ini diberi nama "Manji", sesuai dengan nama depan sang pemilik perusahaan pembuatnya, yaitu Manji Suzuki, yang telah membuat harmonika sejak 70 tahun yang lalu. Rupanya pemberian nama tersebut adalah sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi tuan Manji Suzuki dalam membuat harmonika.

Harmonika diatonik berkode M-20 ini boleh dibilang adalah salah satu harmonika kelas wahid yang diproduksi oleh Suzuki. Dibuat dengan comb yang berbahan komposit (bukan kayu, dan bukan pula plastik), Manji memiliki bentuk cover plate yang menurut saya cantik. Disainnya yang membulat, membuat Manji sangat nyaman di bibir. Untuk urusan harga, Suzuki Manji bisa Anda dapatkan dengan harga di bawah Rp. 600.000,- (lebih murah dari Hohner Crossover yah...:p).

Karakter suara Manji bisa dikatakan mendekati suara harmonika diatonik dengan comb yang terbuat dari kayu. Untuk bermain musik Blues, Manjipun tak kalah garang. Menurut saya, Manji memiliki bobot yang lumayan berat, bila dibanding Crossover misalnya. Disain cover plate Manji memiliki dua lubang kecil di samping kanan dan kiri, yang memungkinkan sang pemain mendengar suara yang dihasilkan, jadi semacam ada "monitor" bagi sang pemain tersebut.
Namun ada seorang teman yang mengatakan bahwa cover plate Manji kurang kokoh, terutama bagian belakangnya. Kalau dilihat memang betul, sih....bagian belakang cover plate Manji sangat "mangap" namun tak ada penopang di bagian tengahnya. Volume suara yang dihasilkan memang bakalan keras, tapi menurut teman saya itu, tanpa adanya penopang di bagian belakang, cover plate Manji akan mudah "penyok".

Letak baut cover plate Manji juga agak tidak lazim. Diletakkan pada posisi yang justru maju ke depan, mendekati tepian reed plate, menurut beberapa sumber, hal ini dimaksudkan untuk menambah tingkat kekedapan udaranya (airtightness).

Secara keseluruhan, Manji memberikan pengalaman yang luar biasa bagi penggunanya. Sangat responsif, lantang, memiliki ergonomi yang pas dan harganya pun terjangkau. Di Indonesia, Suzuki Manji masih termasuk mudah untuk didapatkan di toko-toko musik terkenal seperti MG Music Store.

Jadi bagi Anda yang ingin memiliki harmonika diatonik merk Suzuki yang lebih baik dari Harpmaster atau Bluesmaster, silakan mencoba tipe Manji ini.
Dijamin tak akan menyesal! Coba saja.....


Salam Sedot Sebul!

Thursday, March 6, 2014

Musafir Harmonika (bag. II)

Setelah Purwokerto, saya masih memiliki beberapa kota untuk dikunjungi dalam rangka tugas kantor. Kota berikutnya adalah Jogja. Kota yang sudah tak asing lagi buat saya. Kebetulan pada bulan Desember 2013, saya sempat bertemu dengan beberapa teman Pencinta Harmonika. Salah satunya adalah bro Satria Rifai. Pada kesempatan kali ini saya langsung mengajak beliau untuk ketemu. Gayungpun bersambut, dia menyanggupi untuk mencarikan tempat kopdar. Pengumuman pun dia buat di grup. Pada hari yang sudah disepakati, kami akhirnya bertemu di sebuah warung (besar) angkringan prasmanan di daerah Wijilan, tak jauh dari Alun-alun.

Terjadi sebuah insiden kecil yang membuat kami agak kecewa, karena ternyata tempat yang sudah disurvey oleh Rifai, memiliki peraturan khusus soal pengunjung, yaitu pengunjung tak diijinkan memainkan alat musik. Kaget juga melihat tulisan peraturan tersebut. Namun mau dikata apa lagi?

Akhirnya sembari menunggu beberapa teman datang, kami makan dulu. Tak lama ada beberapa teman datang dan mereka juga ikut makan. Karena ada peraturan tersebut, maka kami sepakat untuk ngobrol-ngobrol saja dulu. Eh, tak dinyana, ada seorang tukang sulap yang minta ijin "mengamen"...ya sudah, daripada tak ada hiburan, maka kami menonton saja pertunjukan bapak pesulap itu. Lumayan menghibur, lah....

Namun namanya Pencinta Harmonika, kalau hanya ngobrol tanpa memainkan harmonika, pasti tak seru. Maka kami sepakat untuk pindah tempat. Ada satu tempat angkringan tak jauh dari situ, yang terletak di pelataran sebuah rumah kuno besar, dan tak ada larangan soal bermain alat musik. Akhirnya kami pindah ke tempat itu, dan nafsu sedot sebul pun bisa tersalurkan. Beberapa kali jamming singkat, dan pengunjung lain segera menoleh ke arah kami..hehehehhe...

Yang seru, 4 dari 6 peserta kopdar berasal dari satu komunitas yang sama, yaitu komunitas Free Diver. Wah, dengan semangat mereka berbagi cerita soal Free Diving ini. Saya dan Rifai hanya bisa terbengong-bengong mendengarkan cerita tentang petualangan mereka. Sungguh beruntung bisa bertemu dengan mereka, karena saya secara pribadi mendapat tambahan wawasan yang menarik.

Singkat cerita, pertemuan dengan teman-teman Pencinta Harmonika di Jogja sungguh berkesan. Arus pertukaran informasi berlangsung dengan derasnya, dan mencakup banyak hal. Saya harus mengucapkan terima kasih kepada  bro Satria Rifai atas kesediaannya mencari tempat untuk kopdar. Ijinkan pula saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dari komunitas Free Diver : Afri, Barid, dan pasangan spesial : Abri & Lya.......

Semoga lain waktu kita bisa bertemu lagi dan dengan jumlah peserta yang lebih banyak!

Terima kasih dan salam sedot sebul!!!


*Special Thanks goes to bro Afri Luhur buat foto yang terakhir....:)

Wednesday, February 26, 2014

Musafir Harmonika (bag. I)

Musafir artinya pengembara....
Musafir harmonika berarti, pengembara harmonika...hehehhe...

2 minggu terakhir ini saya mendapatkan tugas dari kantor untuk mengunjungi beberapa kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah, dalam rangka menjual produk tempat saya bekerja. Hmm..mungkin tepatnya jadi sopir bagi staf marketing, hehehehe....

Nah, daripada hanya keliling jadi sopir, saya mempunyai ide untuk membuat janji pertemuan dengan beberapa teman Pencinta Harmonika di beberapa kota yang akan saya singgahi. Kebetulan ada 3 kota yang saya incar, yaitu Purwokerto, Jojga dan Semarang. Ketiga kota tersebut masuk dalam daftar kota yang akan kami kunjungi. Segera saya melakukan kontak dengan beberapa teman, dan untungnya saya mendapatkan respon yang positif.

Di Purwokerto saya akhirnya dapat bertemu dengan salah seorang anggota grup Pencinta Harmonika, yaitu mas Agus UAN Sutanto. Meskipun tidak bertempat tinggal di Purwokerto, beliau rela datang jauh-jauh dari kota Ajibarang, (dengan istrinya) untuk makan siang bersama saya. Salut buat beliau yang sudah mau meluangkan waktunya. Kami akhirnya makan siang di sebuah warung soto Sokaraja. Seusai makan, hasrat sedot sebul pun muncul, dan kami melakukan sedikit jamming..hehehehe.....
Berikut ini videonya :



Sungguh senang rasanya bisa bertemu kembali dengan mas Agus ini, karena sebelumnya saya sudah pernah bertemu tapi hanya sebentar, itupun karena mas Agus menyegat saya saat saya naik bus dari Jogja hendak pulang ke Jakarta. Sekali lagi salut buat mas Agus UAN, dan terima kasih banyak kepada beliau karena sudi menemani saya makan siang di warung soto.

O ya, menurut penuturan beliau, anggota PH di Purwokerto dan sekitarnya lumayan banyak dan sudah pernah melakukan beberapa kali kopdar. Wah, saya ikut senang mendengarnya. Semoga pertemuan semacam itu bisa lebih rutin, agar bisa menjadi ajang berbagi ilmu dan saling belajar.

Sampai ketemu lagi, mas Agus UAN...semoga lain kali teman-teman di Purwokerto, Ajibarang, dan sekitarnya bisa ikut ya....

Salam Sedot Sebul!

Tuesday, February 4, 2014

Jakarta Harpist....!

Belajar Harmonika memang paling sip kalau bisa bertemu langsung dengan orang-orang yang sudah terlebih dahulu bisa memainkannya!

Nah, hari Minggu, tanggal 2 Februari 2014 yang lalu, sebagian teman-teman yang tergabung dalam grup FB Pencinta Harmonika, maupun follower akun @Harmonicalovers di Twitter, akhirnya berhasil membuat sebuah pertemuan (atau istilah kerennya, Kopdar) di Taman Menteng, Jakarta Pusat.

Teman-teman yang sebagian besar adalah pendatang baru di dunia harmonika tersebut menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi. Sempat merasa ragu dengan jumlah orang yang akan hadir (sebab biasanya tak terlalu banyak), saya memberanikan diri untuk ikut hadir.

Tak disangka ternyata yang datang cukup banyak dan mereka sangat bersemangat! Bahkan ada beberapa gadis manis penikmat harmonika ikut bergabung bersama kami....:D
Kopdar yang dimulai jam 1 siang tersebut menjadi sangat menarik hingga kami lupa waktu, dan baru sadar jam sudah menunjukkan pukul 6 kurang...

Herannya, meski beberapa orang pulang duluan sekitar jam 3 sore, masih ada teman-teman yang datang di jam-jam berikutnya...

Hmmm..sempat saya melakukan wawancara singkat dengan mereka, tentang awalnya mereka kenal dengan instrumen musik yang satu ini. Dan memang, sebagian besar menjawab, sebenarnya sejak kecil mereka sudah kenal dengan harmonika, karena orang tua masing-masing membelikan mereka alat musik tersebut. Rupanya fenomena ini sangat jamak ditemui. Dan mungkin inilah yang membuat orang banyak berpikir bahwa harmonika HANYALAH sebuah mainan.

Pada kopdar tersebut kami saling berbagi ilmu dan informasi. Pertukaran ini terjadi dengan sangat akrab dan hangat, seolah kami sudah lama saling kenal. Semangat yang tinggi menghasilkan kesepakatan bahwa pertemuan semacam ini akan dicoba untuk diulang pada bulan berikutnya. Hmmm...semoga pertemuan semacam ini bisa menjadi sebuah agenda yang rutin. Tak berlebihan bila kami yang di Jakarta mencoba untuk mengikuti jejak Bandung Harp Project, "sarang"nya pemain harmonika dari Bandung, yang sudah memiliki agenda pertemuan rutin.

Saya secara pribadi sungguh bersyukur melihat antusiasme teman-teman, yang menyebut diri mereka sebagai :"Jakarta Harpist",  untuk belajar harmonika. Saya yakin, pelan tapi pasti, pertemuan semacam itu akan bisa kami wujudkan.
Melalui artikel ini juga saya secara pribadi mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah bersedia hadir di Kopdar Taman Menteng, 2 Februari 2014 yang lalu. Maafkan saya bila tak dapat menyebutkan satu per satu nama teman-teman yang hadir, namun saya mencoba untuk menuliskannya.
Terima kasih kepada Citra, Nita (EOnya nih...), Joey, Sonya, Taufan, mas Muhammad, mas Bagus (Admin PH), Taufik, Iqbal, Rama, Putut, bro Enzzy, mas Wahyu Acum dari Band "Bangku Taman" (yang sudah repot2 bawa gitar), Seto, dan masih banyak lagi....

Sunday, January 5, 2014

Gerilya Harmonika!!!

Melihat orang lain tertarik untuk bermain harmonika adalah suatu hal yang menyenangkan. Secara pribadi, saya mempunyai mimpi untuk dapat membuat orang lain tertarik kepada alat musik yang satu ini. Kebetulan saya juga memiliki hobi lain, yang notabene sedang dalam proses untuk dapat menjadi salah satu usaha sampingan saya, yaitu Panggung boneka (silakan klik di sini dan di sini). Jujur ini sekalian promosi, lho...hahahaha...:)

Nah, biasanya dalam setiap pentas, saya dan tim selalu mengadakan aktivitas interaksi bersama dengan audiens, dalam hal ini anak-anak. Permainan seru adalah contohnya. Tak lupa di akhir pentas kami memberikan hadiah kepada para pemenang permainan. 

Suatu waktu, terbersit dalam benak saya sebuah pertanyaan : "Hei, kenapa tidak kau berikan saja hadiah berupa harmonika kepada anak-anak itu?

Pertanyaan yang sungguh menyadarkan saya bahwa (betul juga) itu dapat menjadi celah untuk menularkan virus sedot sebul kepada anak-anak. Sebagai informasi, setiap kali pentas, saya tak lupa memainkan harmonika saya ketika kami mengajak anak-anak menyanyi bersama. Itupun sudah cukup menggugah rasa penasaran anak-anak terhadap harmonika. Apalagi ketika salah satu hadiah permainan yang kami berikan adalah berupa harmonika. Senang sekali ketika melihat ekspresi salah seorang anak yang mendapatkan hadiah harmonika. Teman-temannya juga tampak penasaran ingin melihat harmonika yang didapatnya.

...bersama dengan salah seorang pemenang yang mendapatkan hadiah harmonika....
Sungguh, sejak saat itu saya bertekad juga untuk memulai "gerilya" saya dalam mengenalkan dan menularkan virus sedot sebul pada anak-anak. Yah, doakan saja, semoga banyak anak yang terbius sihir ajaib harmonika dan akhirnya suatu saat nanti dapat menjadi pemain harmonika Indonesia yang handal!

...teman-teman penasaran...
Nampaknya jalan masih panjang, tapi buat saya itu adalah sebuah tantangan dan semoga virus sedot sebul dapat makin menyebar luas di Indonesia. 

*Pantang Pulang Sebelum Sedot Sebul* 

hahahahahah....:D

Salam Sedot Sebul!




Saturday, January 4, 2014

From Jogja with Harmonica...

Yup!
Liburan Natal yang lalu saya berkesempatan untuk pergi ke Jogja, walau tak lama, hanya sekitar 3 hari saja. Tanpa banyak pikir, segera menghubungi beberapa teman pencinta harmonika yang ada di Jogja, maupun yang sedang pergi ke Jogja, tentu saja untuk melakukan kopdar, alias kopi darat.

Kopdar tersebut mengambil tempat di sebuah angkringan yang terletak di depan kantor harian Kedaulatan Rakyat, dan lebih dikenal dengan nama "Angkringan KR". Tongkrongan ini terletak di Jl. Mangkubumi, yang masih segaris dengan Jl. Malioboro, namun terpisah oleh rel kereta api Stasiun Tugu.

Agak repot juga mencari tempat nongkrong, karena malam itu masih dalam suasana liburan, sehingga tikar-tikar yang tersedia pun penuh sesak. Untung saja kami menemukan satu "kapling" yang kosong, dan langsung kami tempati. Yang jadi masalah adalah mencari orang-orang yang hendak datang. Ya, karena kami belum pernah saling bertemu, hanya lewat FB saja. Kecuali Sunu, yang asli Jogja namun sedang berdomisili di Jakarta dan sering nongkrong bareng saya (lihat video-video saya saat jamming bersamanya).

Namun ada satu orang yang kreatif memberikan tanda. Dia duduk di pinggir trotoar, dan membunyikan harmonikanya keras-keras. Sontak saja kami langsung mengenalinya. Hahahaha...sebuah cara yang ampuh untuk memanggil "kawanan" pencinta harmonika.
Dengan adanya 1 tambahan orang lagi, kami nongkrong berempat.

Kami bicara ngalor ngidul sambil menyantap nasi kucing ala angkringan, dan berdiskusi soal harmonika tentunya. Tak ketinggalan jamming bersama, yang sama sekali tak mengindahkan kaidah "solo jamming" ...hahahaha....Tak apalah, namanya juga masih amatir.

Namun yang menarik adalah saat kami menyaksikan salah seorang rekan menunjukkan sebuah alat sederhana untuk merekam permainan harmonikanya sendiri. Alat unik tersebut terbuat dari bahan sederhana yang mudah didapatkan. Lumayan ampuh juga, karena alat tersebut ditempelkan pada sebuah smartphone yang berfungsi sebagai perekamnya.



Singkat kata, pertemuan malam itu sungguh "guyub" (akrab) dan dipenuhi dengan canda tawa plus obrolan serius seputar harmonika. Mungkin yang datang hanya 4 orang, namun saya punya mimpi dan keyakinan, lain waktu peserta kopdar pasti akan lebih banyak lagi. Maklum, kopdar yang satu ini boleh dibilang agak dadakan.

Yah, saya berharap sih, para pencinta harmonika yang ada di Jogja dan sekitarnya dapat segera mewujudkan pertemuan rutin mereka.
Tentu saja saya juga ingin ikut bergabung...hehehhee......*asal dapat liburnya*.....:p

Terima kasih kepada mas Sunu, mas Mujib dan mas Rifai yang bersedia hadir dalam kopdar malam itu. Ke depannya, semoga virus sebul sedot dapat semakin meracuni masyarakan Jogja juga.

Lanjutkan!!!!

Salam Sedot Sebul

Wednesday, January 1, 2014

Hohner Golden Melody

Suara Emas!

Yak, dua kata itulah yang kira-kira dapat menggambarkan produk Hohner yang bernama Golden Melody.
Harmonika diatonik yang satu ini memiliki bentuk unik, cenderung retro ala tahun 1950an, tak memiliki ujung persegi, tapi justru membulat.

Sesuai dengan namanya, Golden Melody memang dibuat sebagai harmonika yang digunakan untuk memainkan peran sebagai "lead melody". Buktinya, Golden Melody memiliki jenis tuning yang Equal Temperament, artinya, bila diukur secara rinci, frekuensi setiap nadanya sangat presisi (tak seperti harmonika diatonik yang lain, yang memiliki tuning Just Intonation, yang frekuensinya tidak pas betul, tapi justru lebih enak untuk memainkan kord).Tapi bukan berarti Hohner Golden Melody tak bisa digunakan untuk bermain Blues. Cuma memang masih kalah "kotor" bila dibanding dengan seri Marine Band.

Kalau boleh memberikan sedikit ulasan, Golden Melody memiliki airtightness yang yahud. Mungkin inilah sebabnya orang sampai bilang Golden Melody sangat mungkin di-overblow tanpa harus di-gapping (padahal sampai sekarang saya masih belum bisa juga...hahahahha....).

Frekuensi yang presisi memang enak untuk memainkan melodi-melodi yang cenderung jazzy. Karakter suaranya kadang menurut saya agak mirip dengan saksofon.Cukup keras walau tak se"nakal" karakter suara harmonika dengan comb kayu. Dilengkapi dengan comb plastik warna merah, Golden Melody memiliki kualitas khas Hohner yang memang tak bisa diingkari.
Beberapa pemain harmonika kelas dunia menggunakan harmonika jenis ini, antara lain Buddy Greene, Todd Parrot, bahkan sobat kita Reyharp, juga menggunakannya.
Dengan harga kurang dari Rp. 500.000,-  saya rasa Golden Melody layak dimiliki setiap pemain harmonika.
Coba saja kalau tak percaya!